Sabtu, 29 September 2012

Fanfict - The Lost Princess [Part 3]


The Bloody Fate
JR at Action MV

Author: Rei
Genre: Romance, horror, supernatural
Rating: Teenager ++
Also published at: FF Nu'est Indonesia
Cast:
Kim Jong Hyun as JR
Choi Jina (OC)
Ren
Baekho
Minhyun
Aron
Lee Soo Rin (OC)
Special appearance: Jessica SNSD dan Choi Siwon as Jina’s father (ini hanya fanfiction. Harap tidak ada yg tersinggung)

            Selama dalam perjalanan, Jina dan JR hanya terdiam. Tak berapa lama kemudian, JR menghentikan mobilnya di sebuah taman. Jina mengenali taman tersebut. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh taman, kemudian beralih pada JR.
            “Hangang Park di Yeouido?” JR mengangguk. “Untuk apa?” tanya Jina tak mengerti.
            “Bukankah sudah kubilang? Kalau di rumah, ada Ren dan Soo Rin yg bisa perang kapan pun mereka mulai bertengkar”, jawab JR.
            “Bukankah mereka itu masih saudara?”
            Mau tak mau, JR menatap Jina dengan kening berkerut. “Saudara dari mana?”
            “Hah? Tapi, Soo Rin bilang Ren itu saudara jauhnya?” Pertanyaan Jina jelas membuat JR tak bisa menahan gelak tawanya. Melihat JR tertawa begitu kerasnya membuat Jina mengerucutkan bibirnya kesal. “Ada yg salah?”
            JR menghentikan tawanya, berganti dengan tawa kecil yg berhasil membuat Jina terpaku. “Perlu kau tahu mereka berdua bahkan tidak memiliki sedikitpun hubungan kerabat. Soo Rin membohongimu”.
            Mwo? Aisshi, Soo Rin menyebalkan!”
            “Tapi dia melakukan itu untukku, agar Ren bisa mengenalmu”. Penjelasan JR semakin membuat Jina kebingungan. JR bisa mengerti kebingungan dalam diri Jina, karena itu dia melanjutkan, “Aku akan menceritakan padamu sebuah kisah beberapa tahun yg lalu”.
            Flash Back >>
            JR menatap seorang gadis kecil berjaket merah yg tampak asyik bermain dengan bola karetnya. Sesekali, JR tampak tersenyum tiap kali gadis kecil itu terjatuh.
            “Gadis kecilku manis kan?”
            JR tersenyum tipis. “Ya, dia memang manis seperti ibunya”. JR masih terus menatap gadis kecil itu tanpa berniat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
            “Boleh aku minta tolong padamu?”
            Pertanyaan itu membuat JR mengerutkan keningnya. JR menoleh, menatap pria setengah baya di sampingnya dengan mata hitamnya. “Ahjusshi, kenapa formal sekali padaku? Katakan saja apa yg harus aku lakukan”.
            Pria itu tersenyum kecil. Matanya masih terus menatap gadis kecil di depan mereka. “Tolong jaga Jina”.
            “Ahjusshi, kenapa bicara begitu? Bukankah selama ini ahjusshi juga sudah menjaga Jina?” JR terlihat cukup terkejut dengan permintaan pamannya tersebut.
            “Aku bisa merasakan kalau waktuku dan istriku sudah dekat. Karena itu, kami membutuhkan seseorang yg bisa menjaga Jina”.
            “Dan, aku lah yg harus menerima tanggungjawab itu? Ahjusshi, jangan bercanda denganku”, timpal JR.
            “Aku tidak bercanda. Aku sudah memberitahu istriku kalau aku sudah menemukan orang yg tepat”. Lanjutnya, “Yah, walau tidak tepat kalau disebut orang”.
            “Apa maksud ahjusshi sebenarnya?”
            “Aku ingin kau menjaga Jina selamanya, dan pada saat yg tepa nanti, menjadikannya vampir kembali”.

            Jina tertegun saat dia mendengarkan cerita JR. Gadis itu tetap tak bisa mengalihkan matanya dari mata hitam JR. Dia juga tak bisa mengeluarkan suaranya. Dia telah mengalami terlalu banyak hal yg menurutnya terlalu cepat.
            “Dan puncaknya adalah di hari kematian ibumu”, lanjut JR.
            Kali ini, Jina benar-benar tak bisa menyembunyikan keingin tahuannya. “Hari kematian eomma?”
            JR mengangguk. “Sepupumu, Jessica, menyerang ayahmu yg tengah lemah dan berhasil membunuhnya”.
            “Jadi, yg dimaksud oleh Soo Rin bahwa hanya kau yg bisa menceritakannya adalah ini?” Sekali lagi, Jina berusaha menegaskan apa yg baru saja di dengarnya.
            JR menatap mata coklat Jina yg sedari tadi terpaku menatap JR. “Soo Rin, Ren, dan yg lainnya juga mengenal ayahmu dan tahu rencana ayahmu. Hanya saja, mungkin mereka berpikir bahwa lebih baik kau mendengar langsung dariku”.
            Jina menatap mata hitam jernih itu. Gadis itu tak menemukan setitikpun kebohongan di dalamnya. Selama beberapa menit, keduanya hanya saling memandang sampai akhirnya Jina memberanikan diri untuk bersuara. “Kau–sudah mengenal ayahku cukup lama? Dan, berapa umurmu sebenarnya?”
            JR tertawa renyah. “Cukup lama sampai aku tidak ingat lagi kapan aku bertemu dengannya pertama kali. Kalau soal umur, aku sendiri sudah tak ingat berapa umurku”.
            “Maksudmu? Kau dulunya bukan manusia?”
            “Hahaha, bukan. Kami berlima vampir asli”. Jawaban tersebut menimbulkan pertanyaan lain dalam pikiran Jina. Sudah berapa lama mereka hidup seperti ini?
            “Menunduk!” Tiba-tiba JR menekan puncak kepala Jina dan memaksa gadis itu menundukkan kepalanya.
            “Ada apa?” Tanya Jina kebingungan. Tapi JR tak menjawabnya. Namja itu bahkan tak membalas tatapan ingintahu Jina. Dia terus menatap lurus jalanan gelap yg terbentang di depannya. “Ya, ada apa?”
            Dan kali ini, Jina benar-benar menyesali pertanyaannya. Saat JR menatapnya, mata hitam jernih JR telah berubah warna menjadi merah menyala. Jina pun bisa mendengar geraman-geraman pelan yg keluar dari mulut JR. Gadis itu terpaku saat dia melihat kedua taring JR yg menyembul.
            “Jina-ya, tetap menunduk dan jangan kemana-mana! Sebentar lagi, Baekho dan Ren akan datang ke tempat ini dan membawamu pulang”. Nada suara JR terdengar seperti memerintah Jina.
            “Ada apa?” tanya Jina sekali lagi.
            “Dia disini, Jessica. Aku yakin dia pasti mengikuti baumu dan mengikuti kita sampai kesini”. Jawaban JR membuat Jina tertegun. Sepupunya? Apakah sepupunya ingin segera menghabisinya? Pikiran Jina terlalu kalut untuk berpikir jernih.
            JR seperti bisa menangkap kekalutan Jina. Namja itu tersenyum lembut walau kedua taringnya membuat Jina tertegun. “Jina-ya, kau tidak perlu khawatir. Kami semua akan menjagamu”.
            Tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun, Jina hanya menggangguk kecil. Selesai menenangkan Jina, JR kembali menatap ke jalanan di hadapannya.
            “Jessica-sshi, keluarlah! Aku tahu kau disana”. Pelan-pelan, JR membuka pintu mobil dan mulai melangkahkan kaki keluar dari mobil tersebut. Jina menatapnya nanar, meminta agar JR tetap bersamanya. JR menoleh sebentar dan menyadari tatapan Jina. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
            “Tak kusangka kau dan teman-temanmu yg menyebalkan itu bergerak lebih dulu dariku ya?” Seorang gadis cantik nan tinggi dengan rambut pirang muncul dari kegelapan. Taringnya yg putih terlihat berkilauan. JR masih menatapnya tanpa bergerak dari pintu mobilnya. “Sejak kapan kau sopan sekali, memanggilku dengan sshi?”
            Dari cahaya lampu di sekitar jalan tersebut, JR menemukan sosok Jessica dengan aura mengerikannya. “Tidak boleh aku melakukannya?”
            Jessica tertawa kecil. Dari balik dashboard mobil, Jina bisa mendengar tawa kecil Jessica. Aku ingin melihatnya, tapi JR melarangku. Pikiran Jina terus berputar. Di sisi lain, gadis itu ingin langsung melihat bagaimana sosok Jessica sebenarnya. Tapi di lain pihak, JR telah memintanya untuk tetap merunduk dan tidak muncul atau sepupunya itu akan langsung menyerangnya.
            “Bukannya tidak boleh. Tapi, sejak kapan kau jadi sopan begitu padaku? Setahuku, kau dan teman-temanmu – termasuk si setengah vampir itu – adalah tangan kanan pamanku kan?” ucap Jessica dengan senyum tersungging di bibirnya. Tapi JR tahu, senyuman itu adalah senyuman licik.
            Jinjja? Kalau begitu, tidak perlu basa-basi lagi kan?” Kemudian JR melanjutkan, “Apa maumu?”
            “Kau pura-pura bodoh ya? Kau tahu aku menginginkan darah gadis kecil itu kan?” jawab Jessica tenang. “Aku tahu kau sudah membawanya ke rumahmu. Oh, koreksi! Istanamu, benar kan?”
            Jina bisa mendengar dengan jelas setiap huruf yg keluar dari percakapan JR dan Jessica. Setiap perkataan Jessica membuat bulu kuduk Jina berdiri. Entah kenapa, dia bisa merasakan bahaya hanya dengan mendengar suara Jessica.
            JR tersenyum kecut. “Kalau kau masih tidak puas dengan keputusan klan, seharusnya kau protes pada para vampir tua itu kenapa mereka memilih ayah Choi Jina, dan bukannya ayahmu”.
            Hening sesaat. Baik JR maupun Jessica hanya saling memandang. Angin malam yg bertiup membuat bulu kuduk Jina semakin meremamng. Ini memang bukanlah musim dingin, tapi jika ada dua vampir berhadapan di malam hari, pasti akan membuat bulu kuduk setiap orang berdiri.
            “Aku akan menyingkirkan gadis itu sekarang, dan membanjiri istanamu dengan darahnya, Jong Hyun-sshi”. Kata-kata Jessica mulai terdengar semakin dingin dan mengerikan.
            “Dan kami tidak akan membiarkanmu begitu saja”, tegas JR.
            “Itu sebabnya aku membenci kalian, terutama Choi Jina dan gadis setengah vampir itu”.
            Jina mengernyit. Setengah vampir? Apa yg dia maksud adalah Soo Rin?
            “Aku tahu kau membenci kami dan Jina. Tapi, kenapa kau juga membenci Soo Rin? Apa – karena dia putri mantan tunanganmu?”
            Jina tersentak. Soo Rin?! Putri mantan tunangan gadis mengerikan itu? Jina menatap JR ingin tahu. Tapi, telunjuk tangan kiri JR terangkat dan memberinya isyarat untuk diam. Jina langsung mengerti.
            Jessica terlihat mulai geram. Terdengar geraman dari mulut gadis cantik itu. “Beraninya kau!” Mata Jessica terlihat berkilat marah. Baginya, masalah itu merupakan masalah sensitif yg tidak boleh diungkit lagi. “Cepat! Serahkan gadis itu!”
            “Tidak akan pernah!” JR menjawab dengan penuh ketegasan dan tanpa ragu. Suaranya terdengar mantap, dan itu membuat Jina tertegun.
            “Huh, apa karena dia tunanganmu?”
            Hening. JR terdiam sesaat, kemudian tersenyum. “Keurom. Karena dia tunanganku, aku akan meyayginya dan melindunginya”. Entah kenapa, mendengar jawaban JR tersebut membuat jantung Jina berdetak cepat. Gadis itu bisa merasakan wajahnya menghangat, dan mungkin, dalam keremangan persembunyiannya, pipinya mulai bersemu merah.
            “Kau membuatku mual”, gerutu Jessica pelan.
            JR terdiam. Dia melirik ke arah Jina yg mendekam di bali dashboard mobilnya. Sebuah senyum tersungging tipis di bibirnya. “Jessica-sshi, apa kau iri pada Jina dan Soo Rin?”
            Jessica tersentak, kemudian tersenyum kecut. “Iri? Pada sepupuku yg manis dan gadis setengah vampir itu? Untuk apa?”
            “Tentu saja kau iri. Jina memiliki orangtua yg sangat mencintainya, dan Soo Rin. Tentu kau sangat iri padanya”. Jeda sesaat, kemudian JR melanjutkan, “Soo Rin memiliki kami sebagai temannya”.
            Sebuah senyuman – yg menurut Ren cukup miris – terbentuk di bibir Jessica. “Kau boleh bilang aku iri pada sepupuku. Tapi, gadis setengah vampir itu? Mustahil! Jangan bercanda denganku!”
            JR menyunggingkan senyum penuh kemenangan, dan Jina bisa melihatnya dengan jelas tanpa perlu menajamkan penglihatannya atau menggunakan lampu dari lcd ponselnya. JR di atas angin?!
            Jinjja? Tapi menurut pengamatan kami, termasuk Ren tentunya, kalau kau iri pada Soo Rin. Pria yg dulu kau cintai memilih seorang wanita biasa, dan meninggal demi melindungi Soo Rin yg masih kecil”.
            Ini pertama kalinya Jina mengetahui masa lalu sahabatnya itu. Jina tertegun. Sebuah kenangan manis di hari pertamanya kuliah terlintas di benaknya. Hari dimana dia bertemu dengan Soo Rin yg mengulurkan sarung tangannya di musim dingin pada Jina.
            “Iri? Pada setengah vampir itu? Jangan bercanda, JR. Memangnya apa yg dia miliki selain kalian?”
            JR terdiam. Tidak mungkin aku terus memancingnya menggunakan Jina atau Soo Rin kan? Kalau begini terus, bagaimana aku bisa membawa Jina pergi dari tempat ini?
            Ya, aku tahu dia disini! Cepat, serahkan gadis itu padaku!”
            Jina kembali menatap JR, meminta persetujuan JR. Tapi kembali lagi JR melarangnya padahal Jina ingin sekali keluar dari persembunyiannya.
            “Jangan menipuku! Aku bisa mencium bau gadis itu dari mobilmu”.
            JR menggeram pelan. Dia tidak punya cara lain selain menyerang Jessica sekarang. “Jessica-sshi, kurasa kau salah…”
            JR langsung menoleh saat dia merasakan firasat buruk. Dan, benar. Jina keluar dari persembunyiannya. Terlebih, gadis itu telah melangkah keluar dari mobilnya. “Jina-ya?”
            Jina berusaha untuk tidak terlihat takut sama sekali. Tapi JR bisa melihat tangan gadis itu terlihat mengepal dan bergetar. Menahan emosinya atau takut?
            “Huh, annyeong, Jina-ya! Senang bertemu denganmu. Kelihatannya, JR telah menceritakan banyak hal buruk tentangku padamu”. Suara Jessica terdengar dingin. Jina berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya.
            Annyeong, Jessica-sshi! Sedari tadi, aku telah mendengarkan cukup banyak informasi darimu. Kau boleh saja mengejekku sesukamu, tapi kau tidak boleh mengejek orangtuaku atau Soo Rin”. Jina menatap Jessica dengan tajam. Soo Rin, JR, dan yg lainnya sangat baik padaku. Tidak akan kubiarkan kau menjelekkan mereka.
            Jessica tersenyum. Kemudian senyum kecil itu berubah menjadi sebuah seringaian yg diikuti dengan geraman keras dan mata merah menyala. “Kau terlalu banyak bicara!”
            Jina terus menatap Jessica tanpa berniat melepaskan pandangannya. Gadis itu bahkan tidak mempedulikan JR yg tengah khawatir akan keselamatannya. Kedua gadis itu masih terus menatap sampai akhirnya Jessica tiba-tiba menghilang dari hadapan mereka.
            “Dimana dia?”
            “Jina-ya!” Jina menoleh ke arah JR. Mata JR berkilat marah bercampur cemas. Ada apa?
            Tiba-tiba, Jina merasakan tengkuknya terasa dingin. Tak lama kemudian, gadis itu merasakan sentuhan kecil di lehernya. Sebuah sentuhan dari tangan yg dingin.
            “Jina-ya, kau itu mudah sekali diserang. Seharusnya kau tetap menjadi domba yg baik dan bersembunyi di dalam gudangmu sendiri”. Mata Jina membelalak lebar. Jessica yg dikiranya telah pergi ternyata tengah berdiri tepat di belakangnya. JR hanya menatap mereka tanpa bisa berbuat apa-apa. Kalau dia bergerak, bisa saja Jessica akan langsung menggigit Jina.
            Jina hanya terdiam. Gadis itu menatap JR dengan mata berkaca-kaca. Jessica–yg berdiri di belakang Jina–bisa merasakan ketakutan gadis itu. “Wae? Apa kau takut padaku, Jina-ya?”
            “JR?” Jina bisa merasakan ketakutan mulai menguasainya, dan JR bisa melihat ketakutan itu dari tatapan yg dilemparkan gadis itu padanya.
            “Kalau kau menyentuhnya, kau akan langsung berurusan denganku, dan bukan yg lainnya”. JR berusaha mengancam Jessica agar gadis itu melepaskan Jina.
            “Tidak akan”. Dan tepat pada saat itu, Jessica mengeluarkan taringnya dan mendekatkannya ke leher Jina. “Kau masih berani bergerak, JR?”
            JR menghilang dari pintu mobil. Tak lama kemudian, dia sudah muncul tepat di hadapan Jina.
            “Apa kau masih belum cukup dengan kedua orangtua Jina?”
            Jessica hanya menyeringai kecil. Jina mulai merasa tubuhnya kaku. Dia masih menatap JR, yg kini menatap Jessica dengan pandangan penuh amarah.
            Perlahan, Jessica mendekatkan taringnya ke leher Jina dan mulai menancapkan taringnya ke leher gadis itu. Jina bisa merasakan rasa sakit yg luar biasa menjalari tubuhnya. Tak lama kemudian, Jessica melepaskan gigitannya yg langsung diikuti dengan ambruknya tubuh Jina.
            “Huh, darahnya benar-benar memuakkan…” JR telah berdiri di hadapan Jessica dan langsung melepar tubuh gadis itu menjauh dari Jina.
            Jessica tak bisa menangkis serangan tiba-tiba JR. Di detik berikutnya dia menatap JR, namja itu balas menatapnya dengan mata merah yg semakin berkilat.
            “Uhh, kelihatannya kau marah sekali ya?” JR tak menjawab ucapan Jessica. Dia lebih memilih mengangkat tubuh Jina dan kemudian menggendongnya.
            “Kau benar-benar marah ya? Tenang saja. Gadis itu akan segera menemui kedua orangtuanya”. Jessica berusaha untuk semakin membakar kemarah JR. Tapi JR tak bergeming dari tempatnya. Sementara itu, Jina terlihat cukup tersiksa di gendongan JR.
            Selama beberapa menit, hanya ada suara angina di antara ketiganya sampai akhirnya JR membuka suaranya. “Kau kira aku akan membawa Jina keluar hanya denganku saja?”
            “Apa maksudmu?” Tepat pada saat itu, teman-teman JR muncul di hadapan Jessica dan membuat gadis itu terkejut tanpa bisa bergerak dari tempatnya terjerembab.
            “Lama tidak bertemu, Jessica-sshi”, sapa Soo Rin dengan senyum mengembang di wajahnya. “Kelihatannya kau sudah melukai temanku ya?”
            “Huh, lihat dia! Minum begitu saja sampai belepotan begitu”, celetuk Ren.
            “Jessica-sshi, apa kau pikir kami akan membiarkanmu pergi begitu saja?” ucap Minhyun.
            “Jina tidak apa-apa kan?” tanya Aron yg muncul di samping JR. “Kelihatannya dia kesakitan”.
            “Tidak apa-apa. Aku yg akan mengurus Jina. Kalian bisa bermain sesuka hati kalian dengan gadis itu”. Sekali lagi JR menatap Jessica dengan matanya yg merah menyala, kemudian menghilang dalam kegelapan.
            “Jadi, bagaimana kami bermain denganmu ya?” sahut Baekho.
            “Apa kalian pikir kalian bisa mengalahkanku? Aku sudah menghabisi seluruh keluarga Choi!” seru Jessica tak mau kalah.
            Mereka semua berpandangan, kemudian tertawa kecil. “Apa kau pikir Jina adalah setengah vampir seperti Soo Rin?” sindir Ren.
            “Apa maksudmu?” Kali ini, Jessica benar-benar tak mengerti dengan apa yg mereka bicarakan.
            “Kau tidak perlu tahu. Yg jelas, kau telah bertemu dengan mimpi burukmu”, jawab Aron. Terlihat kilatan marah dari sorotan matanya.
            “Jessica-sshi, mari bersenang-senang”. Detik berikutnya, darah mengucur deras dari tubuh Jessica. Gadis itu langsung terduduk, menatap keempat namja di hadapannya dengan tatapan nanar. Kemudian dia beralih pada Soo Rin. Gadis itu menatapnya dengan senyum mengembang, dan juga sebuah pisau.
            “Pisau itu?” Jessica mengenali pisau dengan ukiran khas yg sering dijumpai di Yeosu itu.
            Ne, pisau ini bisa melenyapkan vampir. Dan kau pasti tahu kenapa aku memilikinya kan?”
            Mata Jessica membelalak lebar. Soo Rin berjalan mendekati Jessica. Tapi, tenaganya telah sirna entah kenapa. Tubuhnya serasa tertancap di tanah.
            Jarak antara Soo Rin dan Jessica cukup dekat. Jessica masih menatap pisau di tangan Soo Rin, kemudian tatapannya kembali pada Soo Rin. Senyum gadis itu semakin lebar. Tak lama kemudian, Jessica merasakan nyeri di dadanya. Saat dia melihat dadanya, pisau itu telah tertancap tepat di jantungnya. Jessica terkejut. Tapi tak berapa lama kemudian, tubuhnya ambruk dan langsung menghilang, berubah menjadi debu. Angin malam itu membawa pergi sisa tubuh Jessica ke tempat lain. Tak ada yg tahu.
            Soo Rin menghela nafas panjang, merasa lega. “Melelahkan”.
            “Siapa suruh kau terlalu lama menemukannya?” sindir Ren yg langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Soo Rin.
            “Sudahlah. Yg penting sekarang, kita serahkan pada JR”, sahut Baekho menengahi Ren dam Soo Rin. Minhyun dan Aron mengangguk setuju dengan perkataan Baekho.
            “Ayo kembali! Kita harus mengawasi Jina”.
            Keempat namja itu pun langsung menghilang cepat bagaikan baygan. Tinggal Soo Rin sendirian yg harus membawa kembali mobil JR.
            “Harusnya dia tidak perlu membawa mobil kesaygannya kalau tahu akan begini jadinya”, gerutu Soo Rin kesal.
            Merasa tak punya pilihan lain, gadis itu pun berjalan mendekati mobil sport merah tersebut. Setelah berada di dalam mobil, Soo Rin langsung menemukan kunci mobil yg masih terpasang tanpa kesulitan, kemudian menyalakannya. Tak lama kemudian, mobil merah itu telah menghilang meninggalkan jalanan tersebut.
***** TO BE CONTINUED *****

Tidak ada komentar: