The
Bloody Fate
JR at Action MV |
Author:
Rei
Genre:
Romance, horror, supernatural
Rating:
Teenager ++
Also published at: FF Nu'est Indonesia
Cast:
Kim
Jong Hyun as JR
Choi
Jina (OC)
Ren
Baekho
Minhyun
Aron
Lee Soo
Rin (OC)
Special
appearance: Jessica SNSD dan Choi Siwon as Jina’s father (ini hanya fanfiction.
Harap tidak ada yg tersinggung)
Selama dalam perjalanan, Jina dan JR
hanya terdiam. Tak berapa lama kemudian, JR menghentikan mobilnya di sebuah
taman. Jina mengenali taman tersebut. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke
seluruh taman, kemudian beralih pada JR.
“Hangang Park di Yeouido?” JR
mengangguk. “Untuk apa?” tanya Jina tak mengerti.
“Bukankah sudah kubilang? Kalau di
rumah, ada Ren dan Soo Rin yg bisa perang kapan pun mereka mulai bertengkar”,
jawab JR.
“Bukankah mereka itu masih saudara?”
Mau tak mau, JR menatap Jina dengan
kening berkerut. “Saudara dari mana?”
“Hah? Tapi, Soo Rin bilang Ren itu
saudara jauhnya?” Pertanyaan Jina jelas membuat JR tak bisa menahan gelak
tawanya. Melihat JR tertawa begitu kerasnya membuat Jina mengerucutkan bibirnya
kesal. “Ada yg
salah?”
JR menghentikan tawanya, berganti
dengan tawa kecil yg berhasil membuat Jina terpaku. “Perlu kau tahu mereka
berdua bahkan tidak memiliki sedikitpun hubungan kerabat. Soo Rin
membohongimu”.
“Mwo? Aisshi, Soo Rin
menyebalkan!”
“Tapi dia melakukan itu untukku,
agar Ren bisa mengenalmu”. Penjelasan JR semakin membuat Jina kebingungan. JR
bisa mengerti kebingungan dalam diri Jina, karena itu dia melanjutkan, “Aku
akan menceritakan padamu sebuah kisah beberapa tahun yg lalu”.
Flash Back >>
JR
menatap seorang gadis kecil berjaket merah yg tampak asyik bermain dengan bola
karetnya. Sesekali, JR tampak tersenyum tiap kali gadis kecil itu terjatuh.
“Gadis kecilku manis kan?”
JR tersenyum tipis. “Ya, dia memang
manis seperti ibunya”. JR masih terus menatap gadis kecil itu tanpa berniat
mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Boleh aku minta tolong padamu?”
Pertanyaan itu membuat JR
mengerutkan keningnya. JR menoleh, menatap pria setengah baya di sampingnya dengan
mata hitamnya. “Ahjusshi, kenapa formal sekali padaku? Katakan saja apa yg
harus aku lakukan”.
Pria itu tersenyum kecil. Matanya
masih terus menatap gadis kecil di depan mereka. “Tolong jaga Jina”.
“Ahjusshi, kenapa bicara begitu?
Bukankah selama ini ahjusshi juga sudah menjaga Jina?” JR terlihat cukup
terkejut dengan permintaan pamannya tersebut.
“Aku bisa merasakan kalau waktuku
dan istriku sudah dekat. Karena itu, kami membutuhkan seseorang yg bisa menjaga
Jina”.
“Dan, aku lah yg harus menerima
tanggungjawab itu? Ahjusshi, jangan bercanda denganku”, timpal JR.
“Aku tidak bercanda. Aku sudah
memberitahu istriku kalau aku sudah menemukan orang yg tepat”. Lanjutnya, “Yah,
walau tidak tepat kalau disebut orang”.
“Apa maksud ahjusshi sebenarnya?”
“Aku ingin kau menjaga Jina
selamanya, dan pada saat yg tepa nanti, menjadikannya vampir kembali”.
Jina tertegun saat dia mendengarkan
cerita JR. Gadis itu tetap tak bisa mengalihkan matanya dari mata hitam JR. Dia
juga tak bisa mengeluarkan suaranya. Dia telah mengalami terlalu banyak hal yg
menurutnya terlalu cepat.
“Dan puncaknya adalah di hari
kematian ibumu”, lanjut JR.
Kali ini, Jina benar-benar tak bisa
menyembunyikan keingin tahuannya. “Hari kematian eomma?”
JR mengangguk. “Sepupumu, Jessica, menyerang
ayahmu yg tengah lemah dan berhasil membunuhnya”.
“Jadi, yg dimaksud oleh Soo Rin
bahwa hanya kau yg bisa menceritakannya adalah ini?” Sekali lagi, Jina berusaha
menegaskan apa yg baru saja di dengarnya.
JR menatap mata coklat Jina yg
sedari tadi terpaku menatap JR. “Soo Rin, Ren, dan yg lainnya juga mengenal
ayahmu dan tahu rencana ayahmu. Hanya saja, mungkin mereka berpikir bahwa lebih
baik kau mendengar langsung dariku”.
Jina menatap mata hitam jernih itu.
Gadis itu tak menemukan setitikpun kebohongan di dalamnya. Selama beberapa
menit, keduanya hanya saling memandang sampai akhirnya Jina memberanikan diri
untuk bersuara. “Kau–sudah mengenal ayahku cukup lama? Dan, berapa umurmu
sebenarnya?”
JR tertawa renyah. “Cukup lama
sampai aku tidak ingat lagi kapan aku bertemu dengannya pertama kali. Kalau
soal umur, aku sendiri sudah tak ingat berapa umurku”.
“Maksudmu? Kau dulunya bukan
manusia?”
“Hahaha, bukan. Kami berlima vampir
asli”. Jawaban tersebut menimbulkan pertanyaan lain dalam pikiran Jina. Sudah
berapa lama mereka hidup seperti ini?
“Menunduk!” Tiba-tiba JR menekan
puncak kepala Jina dan memaksa gadis itu menundukkan kepalanya.
“Ada apa?” Tanya Jina kebingungan. Tapi JR tak
menjawabnya. Namja itu bahkan tak membalas tatapan ingintahu Jina. Dia
terus menatap lurus jalanan gelap yg terbentang di depannya. “Ya, ada
apa?”
Dan kali ini, Jina benar-benar
menyesali pertanyaannya. Saat JR menatapnya, mata hitam jernih JR telah berubah
warna menjadi merah menyala. Jina pun bisa mendengar geraman-geraman pelan yg
keluar dari mulut JR. Gadis itu terpaku saat dia melihat kedua taring JR yg
menyembul.
“Jina-ya, tetap menunduk dan
jangan kemana-mana! Sebentar lagi, Baekho dan Ren akan datang ke tempat ini dan
membawamu pulang”. Nada suara JR terdengar seperti memerintah Jina.
“Ada apa?” tanya Jina sekali lagi.
“Dia disini, Jessica. Aku yakin dia
pasti mengikuti baumu dan mengikuti kita sampai kesini”. Jawaban JR membuat
Jina tertegun. Sepupunya? Apakah sepupunya ingin segera menghabisinya?
Pikiran Jina terlalu kalut untuk berpikir jernih.
JR seperti bisa menangkap kekalutan
Jina. Namja itu tersenyum lembut walau kedua taringnya membuat Jina
tertegun. “Jina-ya, kau tidak perlu khawatir. Kami semua akan
menjagamu”.
Tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun,
Jina hanya menggangguk kecil. Selesai menenangkan Jina, JR kembali menatap ke
jalanan di hadapannya.
“Jessica-sshi, keluarlah! Aku
tahu kau disana”. Pelan-pelan, JR membuka pintu mobil dan mulai melangkahkan
kaki keluar dari mobil tersebut. Jina menatapnya nanar, meminta agar JR tetap
bersamanya. JR menoleh sebentar dan menyadari tatapan Jina. Dia hanya
mengangguk sambil tersenyum kecil.
“Tak kusangka kau dan teman-temanmu yg
menyebalkan itu bergerak lebih dulu dariku ya?” Seorang gadis cantik nan tinggi
dengan rambut pirang muncul dari kegelapan. Taringnya yg putih terlihat
berkilauan. JR masih menatapnya tanpa bergerak dari pintu mobilnya. “Sejak
kapan kau sopan sekali, memanggilku dengan sshi?”
Dari cahaya lampu di sekitar jalan
tersebut, JR menemukan sosok Jessica dengan aura mengerikannya. “Tidak boleh
aku melakukannya?”
Jessica tertawa kecil. Dari balik
dashboard mobil, Jina bisa mendengar tawa kecil Jessica. Aku ingin
melihatnya, tapi JR melarangku. Pikiran Jina terus berputar. Di sisi lain,
gadis itu ingin langsung melihat bagaimana sosok Jessica sebenarnya. Tapi di
lain pihak, JR telah memintanya untuk tetap merunduk dan tidak muncul atau
sepupunya itu akan langsung menyerangnya.
“Bukannya tidak boleh. Tapi, sejak
kapan kau jadi sopan begitu padaku? Setahuku, kau dan teman-temanmu – termasuk
si setengah vampir itu – adalah tangan kanan pamanku kan?” ucap Jessica dengan senyum tersungging
di bibirnya. Tapi JR tahu, senyuman itu adalah senyuman licik.
“Jinjja? Kalau begitu, tidak
perlu basa-basi lagi kan?”
Kemudian JR melanjutkan, “Apa maumu?”
“Kau pura-pura bodoh ya? Kau tahu
aku menginginkan darah gadis kecil itu kan?”
jawab Jessica tenang. “Aku tahu kau sudah membawanya ke rumahmu. Oh, koreksi!
Istanamu, benar kan?”
Jina bisa mendengar dengan jelas
setiap huruf yg keluar dari percakapan JR dan Jessica. Setiap perkataan Jessica
membuat bulu kuduk Jina berdiri. Entah kenapa, dia bisa merasakan bahaya hanya
dengan mendengar suara Jessica.
JR tersenyum kecut. “Kalau kau masih
tidak puas dengan keputusan klan, seharusnya kau protes pada para vampir tua
itu kenapa mereka memilih ayah Choi Jina, dan bukannya ayahmu”.
Hening sesaat. Baik JR maupun
Jessica hanya saling memandang. Angin malam yg bertiup membuat bulu kuduk Jina
semakin meremamng. Ini memang bukanlah musim dingin, tapi jika ada dua vampir
berhadapan di malam hari, pasti akan membuat bulu kuduk setiap orang berdiri.
“Aku akan menyingkirkan gadis itu
sekarang, dan membanjiri istanamu dengan darahnya, Jong Hyun-sshi”.
Kata-kata Jessica mulai terdengar semakin dingin dan mengerikan.
“Dan kami tidak akan membiarkanmu
begitu saja”, tegas JR.
“Itu sebabnya aku membenci kalian,
terutama Choi Jina dan gadis setengah vampir itu”.
Jina mengernyit. Setengah vampir?
Apa yg dia maksud adalah Soo Rin?
“Aku tahu kau membenci
kami dan Jina. Tapi, kenapa kau juga membenci Soo Rin? Apa – karena dia putri
mantan tunanganmu?”
Jina tersentak. Soo Rin?! Putri
mantan tunangan gadis mengerikan itu? Jina menatap JR ingin tahu. Tapi,
telunjuk tangan kiri JR terangkat dan memberinya isyarat untuk diam. Jina
langsung mengerti.
Jessica terlihat mulai geram.
Terdengar geraman dari mulut gadis cantik itu. “Beraninya kau!” Mata Jessica
terlihat berkilat marah. Baginya, masalah itu merupakan masalah sensitif yg tidak
boleh diungkit lagi. “Cepat! Serahkan gadis itu!”
“Tidak akan pernah!” JR menjawab
dengan penuh ketegasan dan tanpa ragu. Suaranya terdengar mantap, dan itu
membuat Jina tertegun.
“Huh, apa karena dia tunanganmu?”
Hening. JR terdiam sesaat, kemudian
tersenyum. “Keurom. Karena dia tunanganku, aku akan meyayginya dan
melindunginya”. Entah kenapa, mendengar jawaban JR tersebut membuat jantung
Jina berdetak cepat. Gadis itu bisa merasakan wajahnya menghangat, dan mungkin,
dalam keremangan persembunyiannya, pipinya mulai bersemu merah.
“Kau membuatku mual”, gerutu Jessica
pelan.
JR terdiam. Dia melirik ke arah Jina
yg mendekam di bali dashboard mobilnya. Sebuah senyum tersungging tipis di
bibirnya. “Jessica-sshi, apa kau iri pada Jina dan Soo Rin?”
Jessica tersentak, kemudian
tersenyum kecut. “Iri? Pada sepupuku yg manis dan gadis setengah vampir itu?
Untuk apa?”
“Tentu saja kau iri. Jina memiliki
orangtua yg sangat mencintainya, dan Soo Rin. Tentu kau sangat iri padanya”.
Jeda sesaat, kemudian JR melanjutkan, “Soo Rin memiliki kami sebagai temannya”.
Sebuah senyuman – yg menurut Ren
cukup miris – terbentuk di bibir Jessica. “Kau boleh bilang aku iri pada
sepupuku. Tapi, gadis setengah vampir itu? Mustahil! Jangan bercanda denganku!”
JR menyunggingkan senyum penuh
kemenangan, dan Jina bisa melihatnya dengan jelas tanpa perlu menajamkan
penglihatannya atau menggunakan lampu dari lcd ponselnya. JR di atas
angin?!
“Jinjja? Tapi
menurut pengamatan kami, termasuk Ren tentunya, kalau kau iri pada Soo Rin. Pria
yg dulu kau cintai memilih seorang wanita biasa, dan meninggal demi melindungi
Soo Rin yg masih kecil”.
Ini pertama kalinya Jina mengetahui
masa lalu sahabatnya itu. Jina tertegun. Sebuah kenangan manis di hari
pertamanya kuliah terlintas di benaknya. Hari dimana dia bertemu dengan Soo Rin
yg mengulurkan sarung tangannya di musim dingin pada Jina.
“Iri? Pada setengah vampir itu?
Jangan bercanda, JR. Memangnya apa yg dia miliki selain kalian?”
JR terdiam. Tidak mungkin aku
terus memancingnya menggunakan Jina atau Soo Rin kan? Kalau begini terus, bagaimana aku bisa
membawa Jina pergi dari tempat ini?
“Ya, aku tahu dia disini!
Cepat, serahkan gadis itu padaku!”
Jina kembali menatap JR, meminta
persetujuan JR. Tapi kembali lagi JR melarangnya padahal Jina ingin sekali
keluar dari persembunyiannya.
“Jangan menipuku! Aku bisa mencium
bau gadis itu dari mobilmu”.
JR menggeram pelan. Dia tidak punya
cara lain selain menyerang Jessica sekarang. “Jessica-sshi, kurasa kau
salah…”
JR langsung menoleh saat dia
merasakan firasat buruk. Dan, benar. Jina keluar dari persembunyiannya.
Terlebih, gadis itu telah melangkah keluar dari mobilnya. “Jina-ya?”
Jina berusaha untuk tidak terlihat
takut sama sekali. Tapi JR bisa melihat tangan gadis itu terlihat mengepal dan
bergetar. Menahan emosinya atau takut?
“Huh, annyeong, Jina-ya!
Senang bertemu denganmu. Kelihatannya, JR telah menceritakan banyak hal buruk
tentangku padamu”. Suara Jessica terdengar dingin. Jina berusaha untuk
menyembunyikan ketakutannya.
“Annyeong, Jessica-sshi!
Sedari tadi, aku telah mendengarkan cukup banyak informasi darimu. Kau boleh
saja mengejekku sesukamu, tapi kau tidak boleh mengejek orangtuaku atau Soo
Rin”. Jina menatap Jessica dengan tajam. Soo Rin, JR, dan yg lainnya sangat
baik padaku. Tidak akan kubiarkan kau menjelekkan mereka.
Jessica tersenyum. Kemudian senyum
kecil itu berubah menjadi sebuah seringaian yg diikuti dengan geraman keras dan
mata merah menyala. “Kau terlalu banyak bicara!”
Jina terus menatap Jessica tanpa
berniat melepaskan pandangannya. Gadis itu bahkan tidak mempedulikan JR yg
tengah khawatir akan keselamatannya. Kedua gadis itu masih terus menatap sampai
akhirnya Jessica tiba-tiba menghilang dari hadapan mereka.
“Dimana dia?”
“Jina-ya!” Jina menoleh ke
arah JR. Mata JR berkilat marah bercampur cemas. Ada apa?
Tiba-tiba, Jina merasakan tengkuknya
terasa dingin. Tak lama kemudian, gadis itu merasakan sentuhan kecil di
lehernya. Sebuah sentuhan dari tangan yg dingin.
“Jina-ya, kau itu mudah
sekali diserang. Seharusnya kau tetap menjadi domba yg baik dan bersembunyi di
dalam gudangmu sendiri”. Mata Jina membelalak lebar. Jessica yg dikiranya telah
pergi ternyata tengah berdiri tepat di belakangnya. JR hanya menatap mereka
tanpa bisa berbuat apa-apa. Kalau dia bergerak, bisa saja Jessica akan langsung
menggigit Jina.
Jina hanya terdiam. Gadis itu
menatap JR dengan mata berkaca-kaca. Jessica–yg berdiri di belakang Jina–bisa
merasakan ketakutan gadis itu. “Wae? Apa kau takut padaku, Jina-ya?”
“JR?” Jina bisa merasakan ketakutan
mulai menguasainya, dan JR bisa melihat ketakutan itu dari tatapan yg
dilemparkan gadis itu padanya.
“Kalau kau menyentuhnya, kau akan
langsung berurusan denganku, dan bukan yg lainnya”. JR berusaha mengancam
Jessica agar gadis itu melepaskan Jina.
“Tidak akan”. Dan tepat pada saat
itu, Jessica mengeluarkan taringnya dan mendekatkannya ke leher Jina. “Kau
masih berani bergerak, JR?”
JR menghilang dari pintu mobil. Tak
lama kemudian, dia sudah muncul tepat di hadapan Jina.
“Apa kau masih belum cukup dengan
kedua orangtua Jina?”
Jessica hanya menyeringai kecil.
Jina mulai merasa tubuhnya kaku. Dia masih menatap JR, yg kini menatap Jessica
dengan pandangan penuh amarah.
Perlahan, Jessica mendekatkan
taringnya ke leher Jina dan mulai menancapkan taringnya ke leher gadis itu.
Jina bisa merasakan rasa sakit yg luar biasa menjalari tubuhnya. Tak lama
kemudian, Jessica melepaskan gigitannya yg langsung diikuti dengan ambruknya
tubuh Jina.
“Huh, darahnya benar-benar
memuakkan…” JR telah berdiri di hadapan Jessica dan langsung melepar tubuh
gadis itu menjauh dari Jina.
Jessica tak bisa menangkis serangan
tiba-tiba JR. Di detik berikutnya dia menatap JR, namja itu balas
menatapnya dengan mata merah yg semakin berkilat.
“Uhh, kelihatannya kau marah sekali
ya?” JR tak menjawab ucapan Jessica. Dia lebih memilih mengangkat tubuh Jina
dan kemudian menggendongnya.
“Kau benar-benar marah ya? Tenang
saja. Gadis itu akan segera menemui kedua orangtuanya”. Jessica berusaha untuk
semakin membakar kemarah JR. Tapi JR tak bergeming dari tempatnya. Sementara
itu, Jina terlihat cukup tersiksa di gendongan JR.
Selama beberapa menit, hanya ada
suara angina di antara ketiganya sampai akhirnya JR membuka suaranya. “Kau kira
aku akan membawa Jina keluar hanya denganku saja?”
“Apa maksudmu?” Tepat pada saat itu,
teman-teman JR muncul di hadapan Jessica dan membuat gadis itu terkejut tanpa
bisa bergerak dari tempatnya terjerembab.
“Lama tidak bertemu, Jessica-sshi”,
sapa Soo Rin dengan senyum mengembang di wajahnya. “Kelihatannya kau sudah
melukai temanku ya?”
“Huh, lihat dia! Minum begitu saja
sampai belepotan begitu”, celetuk Ren.
“Jessica-sshi, apa kau pikir
kami akan membiarkanmu pergi begitu saja?” ucap Minhyun.
“Jina tidak apa-apa kan?” tanya Aron yg
muncul di samping JR. “Kelihatannya dia kesakitan”.
“Tidak apa-apa. Aku yg akan mengurus
Jina. Kalian bisa bermain sesuka hati kalian dengan gadis itu”. Sekali lagi JR
menatap Jessica dengan matanya yg merah menyala, kemudian menghilang dalam
kegelapan.
“Jadi, bagaimana kami bermain
denganmu ya?” sahut Baekho.
“Apa kalian pikir kalian bisa
mengalahkanku? Aku sudah menghabisi seluruh keluarga Choi!” seru Jessica tak
mau kalah.
Mereka semua berpandangan, kemudian
tertawa kecil. “Apa kau pikir Jina adalah setengah vampir seperti Soo Rin?”
sindir Ren.
“Apa maksudmu?” Kali ini, Jessica
benar-benar tak mengerti dengan apa yg mereka bicarakan.
“Kau tidak perlu tahu. Yg jelas, kau
telah bertemu dengan mimpi burukmu”, jawab Aron. Terlihat kilatan marah dari
sorotan matanya.
“Jessica-sshi, mari
bersenang-senang”. Detik berikutnya, darah mengucur deras dari tubuh Jessica.
Gadis itu langsung terduduk, menatap keempat namja di hadapannya dengan
tatapan nanar. Kemudian dia beralih pada Soo Rin. Gadis itu menatapnya dengan
senyum mengembang, dan juga sebuah pisau.
“Pisau itu?” Jessica mengenali pisau
dengan ukiran khas yg sering dijumpai di Yeosu itu.
“Ne, pisau ini bisa
melenyapkan vampir. Dan kau pasti tahu kenapa aku memilikinya kan?”
Mata Jessica membelalak lebar. Soo
Rin berjalan mendekati Jessica. Tapi, tenaganya telah sirna entah kenapa.
Tubuhnya serasa tertancap di tanah.
Jarak antara Soo Rin dan Jessica
cukup dekat. Jessica masih menatap pisau di tangan Soo Rin, kemudian tatapannya
kembali pada Soo Rin. Senyum gadis itu semakin lebar. Tak lama kemudian,
Jessica merasakan nyeri di dadanya. Saat dia melihat dadanya, pisau itu telah
tertancap tepat di jantungnya. Jessica terkejut. Tapi tak berapa lama kemudian,
tubuhnya ambruk dan langsung menghilang, berubah menjadi debu. Angin malam itu
membawa pergi sisa tubuh Jessica ke tempat lain. Tak ada yg tahu.
Soo Rin menghela nafas panjang,
merasa lega. “Melelahkan”.
“Siapa suruh kau terlalu lama
menemukannya?” sindir Ren yg langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Soo
Rin.
“Sudahlah. Yg penting sekarang, kita
serahkan pada JR”, sahut Baekho menengahi Ren dam Soo Rin. Minhyun dan Aron
mengangguk setuju dengan perkataan Baekho.
“Ayo kembali! Kita harus mengawasi
Jina”.
Keempat namja itu pun
langsung menghilang cepat bagaikan baygan. Tinggal Soo Rin sendirian yg harus
membawa kembali mobil JR.
“Harusnya dia tidak perlu membawa
mobil kesaygannya kalau tahu akan begini jadinya”, gerutu Soo Rin kesal.
Merasa tak punya pilihan lain, gadis
itu pun berjalan mendekati mobil sport merah tersebut. Setelah berada di dalam
mobil, Soo Rin langsung menemukan kunci mobil yg masih terpasang tanpa
kesulitan, kemudian menyalakannya. Tak lama kemudian, mobil merah itu telah
menghilang meninggalkan jalanan tersebut.
*****
TO BE CONTINUED *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar