Kamis, 24 Maret 2016

Angels of Morning Star Club: Novel Penuh Pelajaran Akan Hidup yang Berharga [Book Review]



“Yang namanya manusia itu sangat penting untuk bertemu dan memilih bergaul dengan siapa.” (Paman Park – Angels of Morning Star Club)

 Angels of Morning Star Club by Lim Se Hyuk

Akhirnya saya kembali setelah tidak menulis sama sekali selama satu tahun lebih. Sorry. Ada hambatan skripsi dan pekerjaan serta segala tetek-bengek yang menyibukkan. Kali ini saya akan membuat review novel Angels of Morning Star Club karangan Lim Se Hyuk yang diterjemahkan oleh Penerbit Haru. Terbitnya sudah lumayan lama, dan saya pun mulai membacanya sudah sejak tahun lalu. Tapi karena satu dan lain hal saya baru menyelesaikannya tahun ini. I know it’s so damn long.

Sinopsis
Namaku Lim Hwi Chan. Seorang mantan narapidana yang sekarang menjadi penjaga toko yang menyedihkan. Umurku 27 tahun dan aku suka menonton film thriller berulang-ulang sampai 30 kali. Aku juga suka melampiaskan emosi dengan mengepel lantai yang kotor gara-gara keteledoran para siswi yang makan mi instan dan kimchi sembarangan di tokoku. Memang, aku tidak bisa disebut panutan, tapi juga tidak bisa disebut sebagai pecundang hanya karena pernah dipenjara.
Aku memang mantan narapidana, tapi aku muak selalu dicurigai. Aku hanya ingin melupakan semua kenangan itu. Tapi, sepertinya seluruh dunia sudah terlanjur mengecapku sebagai seorang “Mantan Narapidana” dan mereka menolakku.
Sampai aku menemukan perkumpulan aneh bernama “Morning Star” yang malah mencari mantan narapidana sebagai anggota. Sebenarnya, perkumpulan apa ini?

Angels of Morning Star Club adalah novel fiksi yang ditulis oleh Lim Se Hyuk. Novel ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru di tahun 2015. Novel ini bercerita tentang kehidupan Lim Hwi Chan, sang tokoh utama, yang menjalani kesehariannya setelah dia keluar dari penjara karena sebuah ‘kasus khusus’ yang membuatnya di penjara. Kehidupan Hwi Chan dan sang kakak memang tidaklah mudah. Dicap sebagai mantan narapidana, Hwi Chan selalu dipandang sebelah mata sama sekali. Sampai akhirnya Hwi Chan menemukan sebuah perkumpulan aneh bernama “Morning Star” yang mencari mantan narapidana sebagai anggotanya. Sejak bergabung dengan klub ini, kehidupan Hwi Chan perlahan berubah haluan. Lalu bagaimana sebenarnya ceritanya? Please kindly read the novel. Saya tidak mau menjadi pemberi spoiler. Lebih baik para pembaca sekalian membaca sendiri novelnya. Oke?

First Impression

Dari cover novel ini bisa langsung diketahui apa garis besar ceritanya. Di cover-nya terdapat dua sisi kehidupan si tokoh utama Lim Hwi Chan, yaitu saat berada di penjara dan setelah keluar dari penjara. Buat COKROID yang menjadi design cover, saya suka cover-nya. 
Cover versi Korea (sumber: google image)

Jika dibandingkan dengan cover dalam bahasa aslinya, saya lebih suka cover versi bahasa Indonesia. Di bagian pojok atas terdapat tulisan K-Iyagi yang merupakan ciri khas dari novel terjemahan Korea yang diterbitkan Penerbit Haru. Pembaca Haru pasti sudah akrab dengan label-label yang berbeda untuk novel dari negara yang berbeda kan? Novel ini tidak tergolong tebal, hanya 370 halaman plus data diri, catatan penulis dan beberapa halaman dari penerbit. Tetapi, ini sudah termasuk wajar untuk ukuran novel terjemahan. Masih ada novel yang jauh lebih tebal lagi.


How did you experience this book?

Yah, karena saat saya membaca buku ini saya kerap dilanda kebosanan dan ‘diganggu’ segunung buku dan pekerjaan, jadi awalnya saya lumayan bosan. Tetapi, kemudian saya sadar saya harus segera menyelesaikannya dan bertekad benar-benar membacanya sampai tamat. Membaca buku ini membuat saya ikut merasakan haru biru kehidupan Hwi Chan, bagaimana perasaannya kepada sang Kakak yang selalu setia berada di sampingnya dan menangis untuknya, bagaimana perjalanan Hwi Chan sampai akhirnya dia berjuang untuk membuktikan kalau dia dan mantan narapidana lainnya layak mendapatkan kesempatan kedua. Saya kerap tertawa membaca buku ini. Namun tidak jarang pula saya menangis, merasakan kepedihan yang dirasakan Hwi Chan dan rasa haru atas perubahan hidup Hwi Chan.

Characters

Karakter utama novel ini tentu saja Lim Hwi Chan. Sifatnya cukup meledak-ledak, tipikal karakteristik anak muda. Tapi, dia juga cukup pintar dan sangat menyayangi sang Kakak. Ada pula Kakak perempuan Hwi Chan yang sering menangisi nasib sang adik.

Namun, karakter yang paling saya sukai adalah Ketua. Ketua, orang yang mendirikan “Morning Star”, juga adalah seorang mantan narapidana dengan segunung catatan kriminal. Ketua mendirikan klub tersebut dengan harapan dapat menebus kesalahan yang telah ia perbuat dulunya, dan tentu saja membantu mantan narapidana lainnya untuk mendapatkan kesempatan kedua di masyarakat. Saya juga menyukai sikap Ketua yang walaupun sangat keras, tetapi dia bisa bertindak sebagai seorang ayah bagi Hwi Chan, membantunya dalam hal apa pun, dan membimbingnya agar Hwi Chan tetap berada di jalannya. I think he’s the father figure for Hwi Chan.

Plot

Novel ini berpusat pada kehidupan Hwi Chan dan perubahan yang mulai terjadi kepada kehidupannya. Dengan alur campuran, pusat novel ini tetap terpusat pada Hwi Chan dengan kejadian-kejadian dan orang-orang di sekitarnya yang perlahan mengubah Lim Hwi Chan.

POV

Orang ketiga serba tahu.

Tema

Kalau menurut saya, tema novel ini lebih ke slice of life. Artinya, karya tersebut menceritakan kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan menyertakan unsur reality ke dalamnya. Selain itu, novel ini juga sangat kental akan tema drama, terutama drama Korea, dan tidak ketinggalan romance. Yah, bagi yang tidak terlalu menyukai drama Korea, mungkin mereka akan cukup bosan dengan perkembangan novel ini yang ‘agak’ lambat.

Quotes

Here comes my favorite part. Ada banyak quotes berguna di dalam novel ini. Tetapi, favorit saya adalah quote Ketua yang satu ini.

“Kita sebagai manusia yang tidak punya apa-apa hanya mampu memberikan bantuan ketulusan saja pada orang lain. Kami sudah bisa merasakan manfaat hidup selama melakukan kegiatan sosial ini. Kami akan mencoba membuat Anda semua menemukan tujuan hidup yang sebenarnya. Saya berpendapat seperti ini. Para pelaku tindak kejahatan melakukan kejahatan bukan karena mereka diciptakan jahat dari awalnya. Mereka hanyalah orang-orang yang merasa diasingkan dan tidak mampu menahan keinginannya untuk terlihat hebat di hadapan orang lain.” (hal. 191)
Mungkin lebih tepatnya disebut pidato, bukan quote ya. Tapi, menurut saya, kata-kata tersebut tetaplah sangat berguna dan memberikan pelajaran yang bagus sekali.

Ending

Terharu. Finally Hwi Chan’s got his own happy ending. Hwi Chan harus melalui banyak jalan sampai dia akhirnya mendapatkan akhir bahagianya sendiri.

Pertanyaan

Kapan Nuna (kakak perempuan dalam bahasa Korea) akan menikah? 

Benefits

Manfaatnya? Banyak. Kita bisa belajar dari Hwi Chan untuk tidak menyerah, apa pun kondisinya. Tuhan itu selalu mengawasi manusia, dan pertolongan-Nya bisa dalam bentuk apa pun. Setiap orang patut mendapatkan kesempatan kedua, termasuk mantan narapidana. Jika masyarakat bisa memberikan kesempatan kedua, mereka pasti dapat kembali ke jalan yang benar dan hidup dengan lebih baik. Dan jangan pernah meninggalkan orang terdekat kalian ketika dia berada dalam kesulitan, seperti Nuna yang selalu berada di samping Hwi Chan dalam keadaan apa pun.

So far saya suka novel ini. Ada pelajaran tentang hidup yang bisa saya ambil dari membacanya. Terimakasih sudah menulis karya yang penuh makna dan pelajaran ini, Lim Se Hyuk-ssi. Dan terimakasih kepada Penerbit Haru yang sudah menerbitkannya di Indonesia. Saya tunggu karya lainnya yang penuh makna dan pelajaran.

4 out of 5 stars untuk novel yang bermakna dan kaya akan pelajaran tentang kehidupan.

 

Tidak ada komentar: