Senin, 17 November 2014

French Pink: A Novella by Prisca Primasari [Book Review]


“Apa pun yang Anda inginkan, kecuali ingin mati.” Hane cemberut. “Orang yang ingin mati itu urusan saya. Jadi, sampai bertemu besok.”


Ada yang tahu French Pink? Bukan nama warna, tapi sebuah novella bertemakan warna yang ditulis oleh salah satu penulis favorit saya, mbak Prisca Primasari. Kali ini, kita akan dibawa mbak Prisca berpetualang menyusuri salah satu distrik terkenal di Tokyo, Jiyugaoka. Oh, I wish I could go there too. Kita diajak bertemu Hitomi, sang pemilik toko pita bernama Sweet Ribbons yang memiliki keunikan tersendiri. Karena novella, jadi buku ini cukup tipis dan singkat dengan alur yang cepat. Tapi tetap saja saya sebagai pembaca setia masih dapat menikmati kisah yang diceritakan di dalam novella ini.
Sinopsis

Di Distrik Jiyugaoka yang mungil, cantik, dan berwarna-watni, Hitomi tiba-tiba bertemu pria aneh yang mengungkit-ungkit tentang kematian.

Siapa sebenarnya pria itu? Dan… lho, lho, mengapa dia jadi menyuruh Hitomi mencarikan syal warna French Pink? Mana mungkin sih pria beraura gelap seperti itu menyukai warna pink? Dan untuk apa juga?

Ck. Sungguh. Pria itu benar-benar merepotkan Hitomi.


French Pink adalah salah satu buku terbaru mbak Prisca Primasari. Bukan dalam bentuk novel, namun sebuah novella dengan alur yang cepat dan halaman yang lumayan tipis serta bisa dihabiskan dalam sekali duduk. Novel ini menceritakan tentang Hitomi, pemilik toko pita Sweet Ribbons, yang merasa sudah tidak bisa lagi melihat warna-warna unik di dunia ini. Dia sempat berpikiran untuk bunuh diri, namun pertemuannya dengan seorang pria beraura hitam nan aneh membuatnya lambat laun tidak memikirkan lagi tentang kematian maupun bunuh diri.

First Impression

Pink dan hitam. Itulah kesan pertama saya melihat buku ini. Covernya berwarna pink dengan dihiasi bulu-bulu burung gagak berwarna hitam dan sebuah bulu putih di cover belakang. Sekilas, saya kira novella ini terkesan suram dan penuh misteri. Namun kesan saya itu tidak saya temukan begitu saya membacanya. Lalu terdapat judul dikelilingi pita berwarna french pink, dengan sederet tulisan Jepang tentunya. Sorry I don’t know the meaning of the words. Lalu, hardcover! Bayangkan! Baru kali ini saya membeli novella dengan hardcover, apalagi ini Indonesia yang tentunya hanya sedikit buku dengan hardcover.

How did you experience this book?

Membaca novella ini saya diajak untuk ikut ke dalam kisah Hitomi menyusuri Distrik Jiyugaoka untuk membantu Hane – pria beraura hitam yang meminta Hitomi untuk membantunya. Mereka pun mulai mencari warna-warna yang diminta Hane, walaupun pada saat itu bagi Hitomi warna apa pun hanya terlihat abu-abu dan hitam saja. Namun entah kenapa, Hitomi tidak pernah bisa menolak apa pun permintaan Hane. Membaca novella ini, saya tidak bisa berhenti tersenyum, apalagi menemukan para shinigami (dewa kematian) favorit saya seperti Undertaker dari Black Butler disebutkan. Sorry, my bad. Saya jadi membayangkan bagaimana para shinigami dari Black Butler dengan sabit kematian mereka, dari Bleach dengan zanpakutou (pedang) mereka, atau dari Death Note dengan Death Note-nya benar-benar muncul. No, I don’t want to meet them. But just Undertaker please.

Characters

Dalam novella ini, para pembaca akan diajak bertemu Hitomi dengan keunikannya dalam menggambarkan warna-warna. Seorang wanita muda pemilik Sweet Ribbons, dia cukup tertekan karena kehilangan orang yang dicintainya. Lalu ada Hane, pria misterius beraura hitam yang muncul dan menghilang secara mendadak. Awalnya sama seperti Hitomi, saya pun mengira Hane adalah shinigami. Kemudian, Mika. Salah satu pegawai Hitomi yang tetap dekat dengan Hitomi meskipun wanita itu mengalami tekanan yang berat.

Karakter yang paling saya sukai adalah Hane. Dia buta warna, namun memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan warna-warna yang dia lihat. Dan saya suka cara dia mengikuti Hitomi. Not that I am a stalker, tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuat Hane selalu bisa menemukan Hitomi.

Plot 

Novella ini memiliki alur campuran. Terdapat alur mundur saat Hitomi mengingat kejadian di masa lalunya. Dan akhirnya, sebuah twist di akhir cerita yang membuat saya hampir menangis.

POV

Orang ketiga di luar cerita.

Tema
Slice of life, sebuah tema yang muncul dari kehidupan sehari-hari kita. Drama dan romance yang muncul di akhir cerita. Novella ini juga dihiasi dengan supernatural.

Quotes

Ada satu quote yang cukup saya sukai.  Quote itu adalah….


Ending

Terharu. Hampir menangis. Dan lega. Sweet Ribbons tetap buka, dan Hitomi akhirnya bisa melihat warna-warna kembali. 

Question

Pernahkah berpikir untuk mengakhiri hidup ketika orang yang kalian cintai meninggalkan kalian?

Benefits

Membaca novella ini membuat saya sadar bahwa walaupun kita sudah ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, namun hidup tetap berjalan. Bunuh diri bukanlah solusi terbaik. Hanya mengurangi kesedihan kita. Itu saja. Masih banyak hal menyenangkan yang bisa dinikmati di dunia ini. 

Overall, saya suka novella ini. Interaksi Hane dan Hitomi cukup menghibur, dan kisah Hitomi berhasil membuat saya hampir menangis. Again and again. For this novella, I will give 4.5 out of 5 stars.

Ilustrasi Shinigami di French Pink dan Undertaker dari Black Butler by Yana Toboso


 


 
 
 
 
   
 
 

 



Tidak ada komentar: