Kamis, 31 Maret 2016

Liesl & Po: Sebuah Kisah Petualangan yang Menakjubkan [Book Review]



Dan sungguh, inilah inti dari segalanya, karena jika kau tak percaya bahwa hati bisa mengembang secara tiba-tiba, dan cinta bisa merekah layaknya bunga bahkan di tempat yang paling keras, aku takut kau akan mendapati jalan yang panjang, gersang, dan tandus, dan kau akan kesulitan menemukan cahaya.” (Lauren Oliver – Liesl & Po, hal. 315)

Liesl & Po by Lauren Oliver

Akhirnya! Sudah sekian lama saya ingin membaca novel Lauren Oliver yang satu ini. Memang jika dilihat dari bahan bacaan saya selama ini, novel ini memiliki cerita yang berbeda. Namun tetap saja saya penasaran ingin membaca novel ini. Walaupun sudah terbit di tahun 2011 (2013 untuk versi bahasa Indonesianya), saya baru mendapatkan novel ini di tahun 2016 (and it all thanks to one of online shops that I finally got my hands on this awesome novel).
Sinopsis

Di hari ketiga setelah kematian ayahnya, Liesl melihat hantu.

Liesl dikurung di loteng oleh sang ibu tiri. Di malam-malam gelap, Liesl menghibur diri dengan menggambar. Lalu, kegelapan di lotengnya menggeliat dan melentur, memunculkan sesosok hantu. Po, yang datang dari Dunia Lain, tempat roh dan hantu berkeliaran di kegelapan yang membentang seluas semesta. Liesl berharap Po bisa menemukan ayahnya di Dunia Lain.

Suatu hari, tak sengaja Will, murid sang Alkemis, menukar kotak berisi sihir terkuat di dunia dengan kotak abu ayah Liesl. Sebuah kesalahan yang menarik dua anak dan satu hantu dalam sebuah petualangan yang menegangkan. Petualangan yang membuat Dunia Lain dan Dunia Nyata bersentuhan dan membuka rahasia-rahasia mengerikan.

Kisah tentang persahabatan dan rasa sepi, keserakahan dan kemurahan hati, kematian dan kehidupan. Lauren Oliver berhasil meramu kisah petualangan yang menegangkan sekaligus menghangatkan hati.

Liesl & Po adalah salah satu buku yang ditulis oleh Lauren Oliver dan diterbitkan di tahun 2011 untuk versi bahasa Inggris dan tahun 2013 untuk versi bahasa Indonesia oleh Penerbit Mizan (Mizan Fantasi). Novel ini berkisah tentang pertemuan dan petualangan dua anak manusia dan satu hantu. Liesl, yang sudah kehilangan ayahnya, bertemu Po di kamarnya. Melalui Po lah Liesl berusaha menyampaikan salam perpisahannya kepada sang ayah. Di sisi lain, Will (William), murid sang Alkemis, adalah anak yatim piatu yang dipungut oleh seorang Alkemis egois, tidak sabaran dan sombong yang berusaha menciptakan sihir terhebat demi melambungkan namanya. Ketiganya bertemu dan melakukan petualangan bersama-sama, menghadapi berbagai kesulitan, sampai akhirnya mereka mencapai tujuan mereka masing-masing.

First Impression

It’s awesome. Saya suka sekali dengan cover novel satu ini, di mana para tokoh yang terlibat dalam cerita ini diperkenalkan langsung di sampul novel ini. Mata saya sama sekali tidak bosan-bosannya memandang novel ini berkali-kali. Seperti saya ditarik masuk ke dalam dunia Liesl, Po dan Will. Cover novelnya yang berbahasa Indonesia dengan versi bahasa Inggris masih sama, dengan Liesl dan Bundle berada di tengah di hadapan sebuah kotak yang mengeluarkan cahaya (yah, versi bahasa Inggrisnya ada banyak. Namun design utamanya sama).

How did you experience this book?

Seperti ditarik masuk ke dunia Liesl. Dengan disertai ilustrasi yang ada di dalam novel ini, saya merasa terhibur dan dapat menyelami petualangan yang dilalui oleh Liesl. Apa yang Liesl lihat, rasakan, dan dengar pun bisa saya bayangkan. Selain itu, saya sangat menyukai cara Lauren Oliver meramu kata-kata dan narasinya sehingga saya merasa takjub dan bagaikan dapat membayangkan seperti apakah setting di dalam novel ini. Sekali lagi, Lauren Oliver has a unique way with words.

Characters

Karakter utama novel ini adalah Liesl Morbower yang telah lama dikurung ibu tirinya dan berharap dapat melihat warna-warni dunia, Po yang selalu siap membantu teman-temannya dan Will yang ceroboh. Ketiganya bersahabat meskipun Po adalah apa yang disebut manusia sebagai “hantu”. Selain itu, ada sang Alkemis (guru dan pria yang membesarkan Will) yang ambisius, Lady Premiere yang mengaku-aku sebagai seorang Putri, Augusta (ibu tiri Liesl), Mo (penjaga rumah Lady Premiere), dan Lefty (kucing peliharaan Mo).

Di antara karakter novel ini yang paling saya sukai adalah Mo. Dia adalah pria besar yang berpikiran sederhana, berhati lapang dan luas serta baik hati. Banyak yang mencemoohnya akan kegemarannya minum cokelat panas daripada kopi serta kebodohannya. Namun justru sifat-sifatnya itulah yang membuat saya mengagumi Mo. He’s not smart, but he’s kind and has a big heart.

Plot

Novel ini berpusat pada Liesl, pertemuannya dengan Po dan Will, perjalanan mereka menuju Pondok Merah, pengejaran Lady Premiere dan sang Alkemis, serta bagaimana akhirnya Liesl dapat sekali lagi melihat dunia luar yang sudah berbulan-bulan tidak dilihatnya.

POV

Orang ketiga serba tahu.

Tema

Novel ini menggunakan tema fantasi, dan bisa dikatakan termasuk buku anak-anak. Yah walaupun saya bukan anak-anak lagi, namun novel ini tetap menarik dibaca. 

Quotes

Mungkin tidak banyak yang bisa diambil sebagai quote (sebenarnya sih banyak, tapi saya hanya menyukai beberapa saja). Dan favorit saya adalah...

“Seseorang memerlukan orang lain untuk merasakan sesuatu untuknya. Merasakan sesuatu sendirian membuatmu kesepian.” (hal. 46)
Ending

I’m quite satisfied with the ending. Maaf, tidak ada spoiler walau hanya ending saja. Tapi yang pasti semuanya berakhir bahagia dan negeri yang tadinya selalu dinaungi awan gelap musim dingin akhirnya mendapatkan kembali warna-warnanya yang hilang.

Benefits

Novel ini mengajarkan kepada saya (dan pembaca tentunya) untuk menemukan akhir yang bahagia (seperti yang ditulis oleh Lauren Oliver sendiri di akhir buku). Selain itu, di dunia yang keras dan tidak bersahabat tentu saja masih ada orang-orang seperti Mo yang dapat dengan mudah mengulurkan tangannya (bahkan sampai mengejar hingga ke kota lain) untuk membantu orang lain. Akan selalu ada orang-orang seperti itu di dunia ini, meskipun mereka tidak terlalu sering ditemukan.

Saya cukup menyukai buku ini. Saya sudah pernah membaca Delirium. Namun saya tidak terlalu menyukainya (dan juga akhir seri tersebut). Novel ini cukup menarik untuk dijadikan bahan bacaan yang menghibur, apalagi setelah membaca novel-novel dengan cerita yang serius (and crime).

4 out of 5 stars untuk novel ini.

Tidak ada komentar: