Membenci itu sangat melelahkan, bahkan lebih
menguras emosi daripada sedih. (Purple Eyes, hal. 117)
Mungkin bisa dibilang saya agak ketinggalan
membaca Novella ini. Tapi apa mau dikata. Terbentur pekerjaan yang menguras
pikiran membuat saya mengabaikan beberapa novel yang ‘kejar tayang’ untuk
dibaca dan dibuat review. After such work, I need something light and my choice
is Purple Eyes by Prisca Primasari.
Sinopsis
Karena terkadang,
tidak merasakan itu lebih baik daripada
menanggung
rasa sakit yang bertubi-tubi.
Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk
merasa.
Orang yang sangat dia sayangi meninggal
dengan cara yang
keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan
apa-apa lagi,
menjadi seperti sebongkah patung lilin.
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan
dia bisa
merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam
dirinya.
Solveig, gadis yang tiba-tiba masuk dalam
kehidupannya.
Solveig, gadis yang misterius dan aneh.
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini
akan
membawamu ke suatu masa yang muram dan
bersalju.
Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di
saat-saat tergelap
sekalipun.
Solveig atau Lyre adalah asisten Dewa
Kematian terkenal dalam mitologi, Hades. Hades jarang sekali ke dunia manusia,
kecuali karena kejadian tertentu. Dan kali ini, Solveig harus ikut Hades
menyamar menjadi manusia untuk menghentikan serangkaian pembunuhan keji yang
telah memakan banyak korban. Tugas Hades menghukumnya, dengan cara manusia,
dan pilihannya jatuh kepada Ivarr Amundsen, kakak Nikolai Amundsen yang
merupakan salah satu korban pembunuhan tersebut. Solveig mendapatkan tugas
untuk memancing emosi Ivarr yang telah membeku sejak kematian Nikolai. Solveig
tadinya tidak terlalu suka dengan Ivarr dan rencana Hades yang misterius itu. Namun
kemudian, sesuatu yang sudah lama hilang dari dirinya dan Ivarr muncul di
antara mereka. Lalu, bagaimana dengan hubungan mereka? Read it. I’ve given
some spoilers here.
Novella ini adalah novella terbaru Prisca
Primasari dan merupakan novella kedua yang diterbitkan oleh in-print Penerbit
Haru, Penerbit Inari yang mengkhususkan menerbitkan novel-novel karya penulis
lokal. Seperti ringkasan di atas, novel ini bercerita tentang pertemuan Solveig
dan Ivarr Amundsen di Trondheim, di musim yang bersalju dan penuh badai, pada
saat tergelap Ivarr.
First Impression
I love the cover. Di cover novella, terdapat seorang
pemuda yang berjalan di depan dan seorang gadis berambut pendek yang berjalan
di belakang si pemuda dengan dihiasi latar berwarna keunguan, gundukan salju
putih, dan pepohonan tanpa daun yang sebenarnya terlihat agak menyeramkan. Saat
mbak Prisca meminta pendapat di media sosial mengenai cover mana yang
lebih cocok untuk buku barunya, saya langsung jatuh cinta dengan buku ini. Menurut
saya, cover ini cantik dan sudah cukup menyampaikan apa isi novella ini.
How did you experience this book?
Gregetan. Sedih. Gelap. Dan misterius.
Gregetan karena sikap Ivarr yang seperti patung lilin tanpa emosi (sehingga membuat Solveig kesal
dan marah). Oh dan juga gembira. Campur aduk. Novella ini sangat khas mbak
Prisca. Kue-kue lucu. Cokelat, teh, permen. Light and dark. Bitter and
sweet. Campuran dari semua itu tidak menghasilkan rasa yang aneh, namun
menimbulkan sensasi yang bikin nagih. Maksudnya, nagih karyanya mbak Prisca
lagi. Kalau banyak yang berharap kisahnya lebih panjang, menurut saya sudah
cukup sampai di situ saja. Dan ending-nya pun sudah sempurna. So there
is no need to make it longer. It’s just my opinion.
Character
Tentu saja karakter kesukaan saya adalah Solveig.
Sekalipun dia memiliki atasan yang luar biasa aneh dan misterius, dia tetap
menjalankan tugasnya dengan baik. Namun pada saat yang tepat dia juga bisa
membuat keputusannya sendiri, sekalipun keputusannya itu bertentangan dengan
rencana Hades dan membuatnya turun tangan sendiri.
Plot
Plot novella ini adalah plot maju atau
progresif, di mana berawal dari Hades dan Solveig berkunjung ke dunia manusia
untuk membereskan pembunuh berantai tersebut dan kemudian menemukan Ivarr
Amundsen.
POV
Orang ketiga
Tema
Mystery. Fantasy. Mithology. Romance. Gods.
Quote
Ada satu quote favorit saya yang
diucapkan oleh Hades:
“Orang menangis karena kehilangan itu wajar.
Yang tidak wajar adalah kalau dia tidak menangis. Lebih tidak wajar lagi
kalau tidak merasa sedih.” (Halstein, Purple Eyes, hal. 50).
Ending
Memuaskan. Terharu. Sedih. Pokoknya campur
aduk. Menurut saya ending novella ini sudah cukup. Tidak perlu lebih
panjang lagi.
Benefit
Pesan novella ini: Kesedihan merupakan
sesuatu yang berat, namun kebencian dan membenci jauh lebih berat. Karena itu,
kita harus belajar memaafkan. Dan kita tidak perlu menghilangkan rasa. Menangislah
bila perlu. Dengan menangis, kita bisa melepaskan perasaan yang mengganjal
tersebut. Namun setelah menangis, kembalilah untuk hidup. Karena yang mati
tidak akan pernah kembali ke dunia ini lagi.
Question
Kepada mbak Prisca: How do you feel
after you’ve written this novella?
4 out of 5 stars for this amazing novel.
P.s.: I don’t know why, but I keep picturing
the place Cygnus Hyoga and Crystal Saint live in when I try to imagine Trondheim.
Reading this novel makes me remember the Saint Seiya anime I used to watch in
the past (sorry for my otaku side).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar