“Apa pun yang Anda inginkan, kecuali ingin mati.” Hane
cemberut. “Orang yang ingin mati itu urusan saya. Jadi, sampai bertemu
besok.”
Ada yang tahu French Pink? Bukan nama warna, tapi
sebuah novella bertemakan warna yang ditulis oleh salah satu penulis favorit
saya, mbak Prisca Primasari. Kali ini, kita akan dibawa mbak Prisca
berpetualang menyusuri salah satu distrik terkenal di Tokyo, Jiyugaoka. Oh,
I wish I could go there too. Kita diajak bertemu Hitomi, sang pemilik toko
pita bernama Sweet Ribbons yang memiliki keunikan tersendiri. Karena novella,
jadi buku ini cukup tipis dan singkat dengan alur yang cepat. Tapi tetap saja
saya sebagai pembaca setia masih dapat menikmati kisah yang diceritakan di
dalam novella ini.
Sinopsis
Di Distrik Jiyugaoka yang mungil, cantik, dan
berwarna-watni, Hitomi tiba-tiba bertemu pria aneh yang mengungkit-ungkit
tentang kematian.
Siapa sebenarnya pria itu? Dan… lho, lho, mengapa dia
jadi menyuruh Hitomi mencarikan syal warna French Pink? Mana mungkin sih pria
beraura gelap seperti itu menyukai warna pink? Dan untuk apa juga?
Ck. Sungguh. Pria itu benar-benar merepotkan Hitomi.
French Pink adalah salah satu buku terbaru mbak Prisca Primasari.
Bukan dalam bentuk novel, namun sebuah novella dengan alur yang cepat dan
halaman yang lumayan tipis serta bisa dihabiskan dalam sekali duduk. Novel ini
menceritakan tentang Hitomi, pemilik toko pita Sweet Ribbons, yang merasa sudah
tidak bisa lagi melihat warna-warna unik di dunia ini. Dia sempat berpikiran
untuk bunuh diri, namun pertemuannya dengan seorang pria beraura hitam nan aneh
membuatnya lambat laun tidak memikirkan lagi tentang kematian maupun bunuh
diri.
First Impression
Pink dan hitam. Itulah kesan pertama saya melihat buku
ini. Covernya berwarna pink dengan dihiasi bulu-bulu burung gagak berwarna
hitam dan sebuah bulu putih di cover belakang. Sekilas, saya kira novella ini
terkesan suram dan penuh misteri. Namun kesan saya itu tidak saya temukan
begitu saya membacanya. Lalu terdapat judul dikelilingi pita berwarna french pink,
dengan sederet tulisan Jepang tentunya. Sorry I don’t know the meaning of
the words. Lalu, hardcover! Bayangkan! Baru kali ini saya membeli
novella dengan hardcover, apalagi ini Indonesia yang tentunya hanya
sedikit buku dengan hardcover.
How did you experience this book?
Membaca novella ini saya diajak untuk ikut ke dalam
kisah Hitomi menyusuri Distrik Jiyugaoka untuk membantu Hane – pria beraura
hitam yang meminta Hitomi untuk membantunya. Mereka pun mulai mencari
warna-warna yang diminta Hane, walaupun pada saat itu bagi Hitomi warna apa pun
hanya terlihat abu-abu dan hitam saja. Namun entah kenapa, Hitomi tidak pernah
bisa menolak apa pun permintaan Hane. Membaca novella ini, saya tidak bisa
berhenti tersenyum, apalagi menemukan para shinigami (dewa kematian)
favorit saya seperti Undertaker dari Black Butler disebutkan. Sorry, my bad.
Saya jadi membayangkan bagaimana para shinigami dari Black Butler dengan
sabit kematian mereka, dari Bleach dengan zanpakutou (pedang) mereka,
atau dari Death Note dengan Death Note-nya benar-benar muncul. No, I don’t
want to meet them. But just Undertaker please.
Characters
Dalam novella ini, para pembaca akan diajak bertemu
Hitomi dengan keunikannya dalam menggambarkan warna-warna. Seorang wanita muda
pemilik Sweet Ribbons, dia cukup tertekan karena kehilangan orang yang
dicintainya. Lalu ada Hane, pria misterius beraura hitam yang muncul dan
menghilang secara mendadak. Awalnya sama seperti Hitomi, saya pun mengira Hane
adalah shinigami. Kemudian, Mika. Salah satu pegawai Hitomi yang tetap
dekat dengan Hitomi meskipun wanita itu mengalami tekanan yang berat.
Karakter yang paling saya sukai adalah Hane. Dia buta
warna, namun memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan warna-warna yang dia
lihat. Dan saya suka cara dia mengikuti Hitomi. Not that I am a stalker,
tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuat Hane selalu bisa menemukan Hitomi.
Plot
Novella ini memiliki alur campuran. Terdapat alur
mundur saat Hitomi mengingat kejadian di masa lalunya. Dan akhirnya, sebuah twist
di akhir cerita yang membuat saya hampir menangis.
POV
Orang ketiga di luar cerita.
Tema
Slice of life, sebuah tema yang muncul dari kehidupan
sehari-hari kita. Drama dan romance yang muncul di akhir cerita. Novella ini
juga dihiasi dengan supernatural.
Quotes
Ada satu quote yang cukup saya sukai. Quote itu adalah….
Ending
Terharu. Hampir menangis. Dan lega. Sweet Ribbons
tetap buka, dan Hitomi akhirnya bisa melihat warna-warna kembali.
Question
Pernahkah berpikir untuk mengakhiri hidup ketika orang
yang kalian cintai meninggalkan kalian?
Benefits
Membaca novella ini membuat saya sadar bahwa walaupun
kita sudah ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, namun hidup tetap
berjalan. Bunuh diri bukanlah solusi terbaik. Hanya mengurangi kesedihan kita. Itu
saja. Masih banyak hal menyenangkan yang bisa dinikmati di dunia ini.
Overall,
saya suka novella ini. Interaksi Hane dan Hitomi cukup menghibur, dan kisah
Hitomi berhasil membuat saya hampir menangis. Again and again. For
this novella, I will give 4.5 out of 5 stars.
Ilustrasi Shinigami di French Pink dan Undertaker dari Black Butler by Yana Toboso |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar