“Menunggu cinta bukan sesuatu yang
sia-sia.”
Sudah cukup lama aku sudah sangat
ingin sekali membaca novel karya mbak Windry yang satu ini, apalagi setelah aku
membaca Montase. Dilihat dari sinopsisnya, novel ini cukup membuatku tertarik
sehingga aku terpaksa ‘menyeret’ ibuku ke toko buku tentunya. Yup, aku membeli
buku ini dengan ibuku. Aku dan temanku Dheril cukup lama ingin membaca novel
dari seri Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) yang diterbitkan oleh gagasmedia.
Tadinya aku membaca sekilas buku
ini, dan merasa tidak terlalu tertarik. Tapi kemudian kuputuskan untuk
benar-benar membacanya. Alhasil, aku tidak bisa melepaskan pemandangan yang
disaksikan oleh si tokoh utama dalam novel ini. Seperti novel sebelumnya,
London: Angel merupakan novel bergenre romance travelling dengan mengambil
setting di London, salah satu kota paling terkenal di Negara Ratu Elizabeth. Endingnya
mungkin akan berbeda dari harapan. Tapi aku sangat suka saat mbak Windry
membawaku ke London Eye, Tate Modern, dan berburu buku-buku tua di toko Dickens
and More.
Sinopsis
Pembaca tersayang,
Mari berjalan di sepanjang bantaran
Sungai Thames, dalam rintik gerimis dan gemilang cahaya dari London Eye.
Windry Ramadhina, penulis novel
‘Orange’, ‘Memori’, dan ‘Montase’, membawa kita menemani seorang penulis
bernama Gilang mengejar cinta Ning hingga ke Fitzrovia. Namun, ternyata tak
semudah itu menyatakan cinta. Kota London malah mengarahkannya kepada seorang
gadis misterius berambut ikal. Dia selalu muncul ketika hujan turun dan
menghilang begitu hujan reda. Sementara itu, cinta yang dikejarnya belum juga
ditemuinya. Apakah perjalanannya kali ini sia-sia belaka?
Setiap tempat punya cerita.
Dalam dingin kabut Kota London, ada
hangat cinta menyelusup.
London: Angel merupakan novel romance dari seri
Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) dari gagasmedia. Novel ini mengisahkan
Gilang, seorang penulis dan editor, yang mengejar cinta sahabat masa kecilnya
bernama Ning hingga ke Fitzrovia di London. Berangkat dengan semangat menggebu-gebu,
beberapa kali Gilang harus kebingungan untuk menyatakan cintanya kepada Ning.
Di satu sisi dia ingin mengutarakan perasaan yang sebenarnya dan tidak ingin
bernasib seperti Mister Lowesley yang harus memendam perasaan selama
bertahun-tahun. Namun di sisi lain, dia tidak ingin kehilangan Ning apabila
semuanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Dalam perjalanannya mengejar cinta
Ning, Gilang bertemu dengan gadis misterius berambut ikal keemasan atau
Goldilocks yang selalu muncul ketika hujan turun dan menghilang ketika hujan
reda. Dia pun bertemu berbagai orang dengan kisah yang berbeda, dan belajar
dari kehidupan mereka – pria bertopeng V yang berhasil menyelamatkan
pernikahannya dan cinta terpendam Mister Lowesley pada Madam Ellis yang berbuah
manis dan bahagia. Gilang pun menemukan keberaniannya kembali dan menyatakan
cintanya. Sekalipun dia harus kecewa dan tidak bisa mendapatkan cintanya, tapi
Angel si Goldilocks telah menuntunnya kepada Ayu – gadis maniak buku yang
terobsesi pada Wuthering Heights cetakan pertama. Dan dia pun menemukan
keajaiban cinta yang dia cari.
First Impression
Seperti seri lainnya, cover novel
ini dibalut dengan warna merah yang sangat identik dengan Inggris. Di dalamnya
dilengkapi dengan semacam kartu pos seperti halnya seri-seri yang lain. Aku
membeli novel ini karena sinopsis di cover belakang yang membuatku penasaran
akan kisah Gilang dan si Goldilocks. Walaupun pada awalnya setelah membeli
novel ini aku tidak terlalu tertarik. Namun toh aku tetap melibasnya sampai
habis dan merasa tidak cukup. Seperti ketagihan ya? Seperti itulah. Ketagihan
akan kisah sebuah novel dan kisah selanjutnya yang terjadi di Fitzrovia.
How did you experience this book?
Hebat. Mengagumkan. Aku tidak punya
kata-kata lain lagi. Selain membawaku ke dalam kisah magis Gilang yang bertemu
dengan Goldilocks, aku pun dibawa berjalan-jalan menyusuri Windmill Street,
menikmati indahnya pemandangan malam hari Kota London dari London Eye yang
sangat tinggi, menyusuri Sungai Thames, dan berbelanja aksesoris di toko
aksesoris di dekat The Piper. Selama membaca novel ini, aku harus menahan tawa
akan kekonyolan Gilang dan para sahabatnya serta komentar-komentar Gilang dan
juga Ed – si pelayan setengah Inggris setengah India. Aku pun cukup terhibur
dengan cara Gilang memberikan julukan pada tiap orang yang ditemuinya,
menyamakan fisik dan karakter mereka dengan para tokoh dari novel-novel dan
karya sastra yang dia tahu. Menurutku itu cukup menarik. Dan lucu.
Characters
Gilang merupakan seorang editor dan
juga penulis (akan karena dia sedang mengerjakan satu-satunya novel yang akan
dia terbitkan). Terkadang dia bisa penuh dengan semangat, namun dia juga bisa
berubah menjadi seperti seorang tentara yang patah arang setelah melihat semua
rekannya mati di medan perang. Lalu ada Ayu yang terobsesi pada Wuthering
Heights cetakan pertama. Menurutku sifat Ayu yang sinis dan cuek namun sangat
posesif terhadap buku-bukunya sangat menarik. Dan aku sangat menyukai sifat Ayu
yang seperti itu, apalagi saat dia sudah mengomentari apapun yang diucapkan
oleh Gilang. Untuk Hyde, aku tidak sempat kepikiran bahwa Hyde itu dari Jekyll
& Hyde. Namun Hyde dari vokalis Laruku. ^__^
Sejujurnya, aku kagum pada Mister
Lowesley. John Lowesley atau Mister Lowesley harus menelan pil pahit saat Madam
Ellis menikah dengan Mister Ellis. Dia pun menyimpan perasaannya selama
bertahun-tahun. Walaupun dia termasuk kikuk dan tidak bisa bersosialisasi
dengan baik (dia tidak pernah melihat mata lawan bicaranya saat berbicara),
namun dia menyembunyikan keberanian yang besar untuk tetap terus mencintai
Madam Ellis apapun yang terjadi. Mister Lowesley, Anda keren!
Plot
Bicara soal plot novel ini, aku
cukup puas dengannya. Tidak hanya bercerita tentang kisah Gilang melulu, tapi
juga kisah tokoh lainnya – si pria bertopeng V yang berjuang mempertahankan
pernikahannya, dan Mister Lowesley yang bertahan demi cintanya pada Madam
Ellis.
POV
Orang pertama dari Gilang.
Tema
Masih mengusung tema travelling, novel ini memiliki genre romance yang tidak boleh dilewatkan. Well, sejujurnya aku lebih suka dengan kisah lain yang akan dimiliki oleh Gilang dan Ayu. Namun perjuangan Gilang mengejar cinta Ning pun tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Quotes
Ada sebuah puisi yang ditandai oleh
Mister Lowesley untuk menyatakan perasaannya pada Madam Ellis, dan aku sangat
menyukainya. Tapi yang paling kusukai adalah…
“Kau tidak belajar mencintai. Kau mencintai dengan sendirinya.”
Ending
Sekalipun endingnya tidak terlalu
baik untuk Gilang, tapi aku puas. Ning bukan gadis yang tepat untuk Gilang.
Mereka hanya cocok menjadi sahabat saja. Dan, aku menginginkan kelanjutan kisah
Gilang, dengan Ayu tentunya.
Pertanyaan
Apakah kau akan tetap menjadi
sahabatku jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu?
Benefits
Aku belajar banyak dari novel ini.
Pertama, jangan pernah patah semangat dalam mengejar ataupun meraih sesuatu
yang kau inginkan. Kedua, sahabat adalah salah satu hal terpenting yang harus
kita jaga. So, hargai sahabatmu dan jagalah mereka untuk selalu di sisimu.
Kuharap seri dari STPC yang lainnya
akan bisa membawaku menjelajahi indahnya kota tersebut dan memasuki dunia lain
yang bisa kusaksikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar