Senin, 25 Februari 2013

Fanfict - The Lost Princess [End]


The New Life

Author: Rei
Genre: Romance, horror, supernatural, fantasy, action
Rating: Teenager ++
Also published at: FF Nu'est Indonesia
Cast:
Kim Jong Hyun as JR
Choi Jina (OC)
Ren
Baekho
Minhyun
Aron
Lee Soo Rin (OC)

            JR membawa Jina langsung ke kamar gadis itu begitu mereka tiba. Wajah Jina terlihat agak pucat dan darahnya tak bisa berhenti mengalir. Setelah membaringakn gadis itu di atas tempat tidurnya, JR segera membersihkan darah Jina yang berceceran.

            “Jina-ya, kau bisa mendengarku?” Jina hanya menatap JR dengan pandangan kosong, tapi wajahnya terlihat kesakitan. “Jina-ya, bertahanlah sebentar lagi”.
            Airmata Jina mengalir semakin deras. Jina merasa lehernya serasa kaku, tapi tubuhnya bergetar hebat. “Eomma, sakit sekali”.
            Arasseo. Aku akan segera membalutnya”. Dengan cepat, JR menemukan kotak P3K di atas meja kecil di kamar tersebut. Begitu menemukannya, JR langsung membuka kotak itu dan segera mengambil perban yang ada di dalamnya. Dia langsung membalut leher Jina untuk menghentikan pendarahan gadis itu.
            “Bagaimana dengannya?” tanya Minhyun yang tiba-tiba telah berada di samping JR.
            JR tak menatap Minhyun. Dia masih berkonsentrasi pada Jina. “Molla. Wajahnya semakin pucat”.
            “Kalau dia tidak selamat, bagaimana?” sahut Aron mulai cemas.
            “Suruh Minhyun menutup luka gadis itu dulu”, imbuh Baekho.
            Ren–yang juga ikut bergabung dengan terpaksa dalam perbicaraan mereka – menatap Jina datar. “Bukankah kalau dia digigit oleh nenek sihir itu, berarti itu mempermudahmu untuk mengubahnya kembali menjadi vampir?” celetuk Ren.
            Sontak mereka berempat langsung menoleh ke arah Ren. Merasa aneh, Ren pun ganti menatap keempat sahabatnya dengan kening berkerut. “Wae? Aku salah bicara ya?”
            “Minki, itu ide paling bagus yang pernah keluar dari kepalamu!” seru Aron. Baekho pun ikut setuju dengan anggukan kecilnya.
            “Hah? Kenapa kalian senang sekali?” Tanya Ren tak mengerti.
            “Ren benar. Kalau kau memberikan darahmu pada Jina, gadis itu akan kembali menjadi vampir”, imbuh Minhyun. “Jika dipikir, pada awalnya Jina memang vampir kan?”
            JR menatap keempat sahabatnya dengan sorot ragu, kemudian beralih pada Jina yang terlihat kesakitan. Kemudian dia kembali menatap mereka berempat. “Tapi, kalau gagal bagaimana? Jina bisa meninggal”.
            “Lakukan saja”, sahut Soo Rin yang sudah berdiri di ambang pintu. “Lebih baik dicoba daripada kau melihatnya mati kesakitan kan?”
            JR menatap Jina sejenak. Dia mulai memikirkan berbagai cara menyelamatkan Jina selain mengubahnya kembali. Tapi, otaknya benar-benar buntu. Dia tidak bisa memikirkan cara lain selain saran teman-temannya.
           Setelah berpikir sejenak, akhirnya JR mengambil keputusan. “Kalian–keluarlah! Aku–akan melakukannya”. Mereka berlima mengangguk cepat.
            Tak lama kemudian, kelima temannya telah meninggalkan kamar tersebut, meninggalkan JR dan Jina berdua. Perlahan, JR mendekati pinggir tempat tidur Jina. “Jina-ya, kau bisa mendengarku?” Jina tak bersuara. Tapi gadis itu memberikan anggukan kecil dan itu sudah cukup bagi JR untuk memastikan bahwa Jina masih sadar.
            Mianhae. Aku masih ingin membiarkanmu menjadi manusia sampai kau benar-benar siap. Tapi aku tidak bisa menemukan cara lain selain melakukan ini”. Suara JR terdengar cukup bergetar bagi Jina. Ada apa? Kenapa JR terdengar sangat khawatir? Apa aku akan mati?
            JR mengulurkan tangannya, menemukan tangan Jina, dan menggenggamnya dengan lembut. Kemudian dia mengangkat tangan kirinya dan langsung menggigitnya. Seketika, darah mengucur deras dari nadi JR.
            JR menatap Jina sejenak. “Jina-ya, bukalah mulutmu!” Jina tak bisa melakukan apapun. Jadi, gadis itu menuruti permintaan JR dan membuka mulutnya perlahan. “Bagus. Saat aku mengulurkan tangan kiriku ke atas mulutmu, sebisa mungkin minumlah darah yang keluar. Hanya itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkanmu”.
            Menyelamatkanku? Apa maksudmu?
            “Aku tahu ini bertentangan dengan permintaan ayahmu. Tapi, hanya ini cara kami untuk bisa melindungimu. Mainhae, Jina-ya”. Jina tak bisa melepaskan matanya dari wajah JR. Gadis itu bisa melihat penyesalan besar di wajah JR. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi, setetes airmata jatuh meluncur dari mata namja itu.
            Tanpa banyak bicara lagi, JR mengangkat tangannya dan menghentikannya di atas mulut Jina. Seperti yang JR minta, Jia berusaha untuk meminum darah yang mengucur dari pergelangan tangan JR. Saat darah JR melewati tenggorokannya, gadis itu bisa merasakan panas yang menjalari tubuhnya. Setelah beberapa saat, Jina sudah tidak sanggup lagi menjaga kesadarannya sampai akhirnya dia pun kehilangan kesadaran.
*******
            Beberapa hari kemudian, Jina pun tersadar dan dia pun harus menemukan fakta baru mengenai hidupnya lagi. Dia telah berubah menjadi vampir, dan itu semua dilakukan oleh JR demi menyelamatkan nyawanya. Hanya itu dan beberapa cerita lainnya yang didapatkan Jina serta segelas darah segar yg disodorkan oleh JR begitu dia tersadar.
            Awalnya, Jina merasa segan saat JR dengan santainya menyodorkan gelas tersebut pada Jina. Tapi kemudian, rasa haus yg teramat sangat menyerbu dirinya dan darah yg keluar dari tangan JR membuat Jina tak bisa menahan dirinya. Dengan naturalnya, gadis itu menghisap setiap tetes darah JR yg menetes.
            “Minumlah sepuasmu, Jina-ya. Kau tidak perlu khawatir lagi. Selamanya, aku akan melindungimu”.
******
            Lima bulan kemudian.
            Jina menatap bulan yg bersinar cukup terang pada malam itu. Sesekali, dia melirik ke arah rumah di belakangnya. Selama lima bulan tinggal di rumah tersebut, dia baru menyadari bahwa dia tinggal di sebuah rumah mewah bergaya Eropa yg berdiri di kawasan Gangnam, salah satu kawasan elit di Seoul.
            Jina menghela nafas panjang. “Lama sekali”, gerutunya kesal.
            “Huh, tadinya ogah-ogahan dan sekarang kau seperti seorang pengantin wanita yg menunggu pengantin prianya muncul”, celetuk Ren yg tiba-tiba muncul di hadapan Jina. Bagi Jina, hal tersebut tak lagi mengejutkannya.
            Jina tersenyum kecil menatap Ren yg mulai menunjukkan ekspresi ketusnya. Soo Rin bilang itu memang sifat Ren. Dan Jina mulai terbiasa dengan segala kritikan yg keluar dari mulut Ren. “Gomawo karena sudah memujiku. Ah, dan semoga yg kau ampire tadi memang benar”, balas Jina.
            Mata Ren sontak melebar dan mulutnya menganga, membuat tawa Jina hampir pecah. “Mworagoo? Aku ini mengkritikmu, bukan memujimu!”
            Jinjja? Tapi bagiku, itu adalah pujian”.
            “Kau baru kena penyakit Soo Rin ya?” gerutu Ren kesal. “Dia pasti yg mengajarimu macam-macam”.
            Ani. Aku hanya mencontoh Soo Rin saja kok!” Kali ini, tawa Jina benar-benar tak bisa dia tahan dan meledak begitu saja. Ren menyipitkan matanya, menatap Jina tajam seperti mengatakan ‘kau memang gila’ dari sorotan matanya.
            Ren mendecakkan lidahnya kesal. “Kalian semua memang hanya mendengarkan Soo Rin”, ucap Ren kesal.
            “Karena dia lebih masuk akal daripada kau”, seru JR yg telah berdiri di samping Jina. Ren tak menyahut. Dia hanya mengerucutkan bibirnya, dan meninggalkan mereka berdua dengan wajah kesal. Jina terkekeh pelan, senang karena berhasil membuat Ren kalah. Sedangkan JR hanya menyunggingkan senyum kecil.
            “Ternyata yg dikatakan oleh Soo Rin benar. Ren lucu sekali kalau sedang kalah”, ucap Jina di antara tawanya. Jina baru menghentikan tawanya saat JR menggamit lengannya. Gadis itu menatap JR bingung bercampur malu, kemudian berkata, “Ige mwoya?”
            JR mengulas sebuah senyum kecil. “Kau lihat saja nanti”. Lalu dia membawa Jina keluar dari rumah tersebut. Keduanya berjalan menyusuri trotoar dan jalanan Gangnam di malam hari. Tanpa tahu mereka akan kemana, Jina mengikuti JR. Sesekali Jina menengadahkan wajahnya ke atas, menatap langit berbintang dan bulan purnama malam itu. Lalu dia kembali mengikuti JR.
            Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah taman yang cukup luas. Sakura yang banyak berjejer disana tengah berbunga dengan indahnya. Jina tertegun, menatap bunga Sakura yang berjatuhan seperti hujan pink yang memenuhi taman. JR pun menghentikan langkahnya, menatap wajah Jina, lalu kembali menggamit lengannya. Dia ingin menunjukkan sesuatu pada Jina.
            Odie?” ampi Jina bingung. Sedari tadi, JR tidak mengatakan kemana mereka akan pergi.
            Lalu JR berhenti. Jina mengintip dari balik punggung JR; sekarang mereka berada di sebuah tempat dimana berdiri sebuah pohon Sakura yg cukup besar. Sakura itu jauh lebih besar dari pohon yang lainnya. Di bawah pohon, terdapat sebuah kursi taman panjang. Terlihat cukup nyaman bagi Jina untuk bisa tidur disana.
            “Aku ingin membawamu ke tempat ini”, jawab JR akhirnya.
            Jina mengerutkan keningnya, bingung. “Wae?”
            JR menghela nafas, kemudian menatap langsung ke mata Jina. Detak jantung Jina berdetak keras ketika mata hitam JR menatapnya langsung. “Karena aku ingin menunjukkan tempat dimana ayahmu meninggal”.
            Jina tertegun. “Appa–meninggal disini?” JR mengangguk, kemudian menunjuk pohon Sakura besar di depan mereka.
            “Beliau meninggal dalam pelukan ibumu, tepat di bawah pohon itu, dimana keduanya pertama kali bertemu dulu”, imbuh JR.
            Jina terhenyak. Dia menatap pohon Sakura besar itu nanar. Pandangannya mulai kabur, dipenuhi oleh airmata yg menggenang. Selama ini, dia mengira ayahnya adalah laki-laki yg tak bertanggungjawab, begitu saja meninggalkan dia dan ibunya yang sakit-sakitan. Tapi ternyata dia salah. Kedua orangtuanya hanya ingin yg terbaik untuknya, karena itu mereka berusaha menyembunyikan kenyataan tentang dirinya yg sebenarnya.
            Tiba-tiba JR memeluk Jina dari belakang. Dan airmata Jina akhirnya meluncur menuruni wajahnya. “Jina-ya, ayahmu sangat baik pada kami. Dia yg selalu melindungi Soo ampire Min Hyun dari para tetua. Para tetua membenci mereka; Soo Rin yg setengah ampire dan ayah Min Hyun yg pernah mengkhianati mereka”, bisik JR lirih.
            “Karena itu kalian melindungiku? Karena appa?” ampi Jina di antara isak tangisnya. JR semakin mempererat pelukannya pada gadis itu. Melihat Jina meneteskan airnatanya membuatnya sakit, apalagi dia telah berjanji akan melindungi senyum gadis itu.
            “Bukan hanya itu”, jawab JR. Lalu dia menambahkan, “Tahukah kau sebelum berteman denganmu, Soo Rin sangat tertutup dari kami dan selalu ketus. Dia tidak membenci kami, tapi dia berusaha menciptakan tembok dengan kami. Tapi sejak berteman denganmu, dia berubah total. Kami senang, karena bagaimanapun juga kami juga telah berjanji akan menjaga Soo Rin sebagai adik kami”.
            Jina terdiam. Dulu, Soo Rin tak sengaja menolongnya. Kemudian secara natural, keduanya berteman. “Lalu, bagaimana denganku? Apa–aku juga adik bagi kalian?”
            JR membalikkan badan Jina, membuat gadis itu menatap langsung mata hitam JR. “Bagi mereka, kau adalah adik. Tapi bagiku, bukan”.
            Jina masih menatap mata itu. Keduanya terdiam selama beberapa saat. Saat daun bunga Sakura berguguran tertiup ampir bagaikan hujan berwarna pink, JR mendekatkan wajahnya ke wajah Jina. Kedua tangannya merangkum wajah Jina. Jina bisa merasakan pipinya memanas.
            JR tersenyum lembut, kemudian perlahan dia menurunkan wajahnya. Jina terkejut saat tiba-tiba dia merasakan bibir lembut JR menyentuh bibirnya. Mata Jina melebar, tapi kemudian gadis itu terhanyut dalam perasaannya sendiri. Wajahnya memerah, dan airmatanya kembali mengalir.
            Beberapa saat kemudian, JR melepaskan bibirnya, kemudian menatap Jina lembut. “Ini jawabanku. Arasseo, Jina-ya?” JR kemudian menarik Jina dan membenamkan gadis itu ke dalam pelukannya.
            “Jong Hyun-a?” ucap Jina pelan.
            “Aku semakin mencintaimu setelah Ren menunjukkan fotomu setelah kau dewasa. Aku senang, karena kau masih selamat dan belum ditemukan. Tapi aku juga takut, kalau-kalau ada yg akan membahayakan nyawamu”.
            “Karena itukah Soo Rin mengenalkan Ren sebagai sepupunya padaku?” Jina sendiri cukup terkejut. Menurutnya, Soo ampire Ren memiliki sifat yg hampir sama, ketus pada orang lain.
            “Haha, saat itu hanya Ren yg terpikir olehku. Yah, sekalipun mereka berdua tidak pernah bisa akur”, jawab JR sambil tertawa kecil. Kemudian dia kembali terdiam. Sorot matanya terlihat serius; sekalipun Jina tidak bisa menatapnya langsung. “Jina-ya, apa jawabanmu?”
            Jina tertegun. JR menyatakan cinta padaku? Pikiran Jina berkabut. Hari demi hari dan setiap potong kenangan yg selama ini dia lalui bersama JR terus berkelebat. Apa aku juga mencintainya? Selama ini, JR selalu menjaganya, melindunginya, dan menyelamatkannya dari kematian. JR juga yg telah memberinya keluarga baru. Dan sebelum dia berubah menjadi ampire, setiap dia memikirkan JR, jantungnya akan berdetak cepat dan semu merah muncul di kedua pipinya.
            Jina tak bisa menjawab. Gadis itu hanya terdiam dalam pelukan JR. JR yg menunggu, malah semakin mempererat pelukannya. “Jina-ya, kau membenciku?” Jina menggeleng cepat. “Apa aku seorang kakak bagimu?” Jina kembali menggeleng. JR bukanlah kakak baginya. “Kalau begitu, apa yg muncul saat kau memikirkanku? Tahukah kau bahwa saat aku memikirkanmu, yg muncul adalah senyum ceriamu di antara hujan bunga Sakura?”
            Jina kembali tertegun, kemudian mendongakkan kepalanya. Dan saat itu, JR pun menundukkan kepalanya. Mata keduanya saling bertemu. Jina bisa melihat ketulusan dan kelembutan di mata JR. Jina kembali membenamkan dirinya ke dalam pelukan JR. Matanya menutup, berusaha membayangkan siapa yg paling ingin dia lihat. Seharusnya, dia menginginkan kedua orangtuanya. Tapi dalam pikirannya, justru wajah JR dan senyum JR yg muncul. Inikah jawabanku? Aku mencintai JR, bahkan sebelum aku menyadarinya?
            Jina mempererat pelukannya ke tubuh JR. Dia sudah mengetahui jawaban itu jauh sebelum JR mengatakannya. JR pun membalasnya, dan membisikkan sesuatu ke telinga Jina dengan lembut. “Jina-ya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Selamanya”.
*******
Beberapa hari kemudian.
            Jina bisa merasakan lututnya mulai bergetar hebat. Dia sama sekali tak bisa mengangkat kepalanya. JR, yg berdiri di sampingnya, terus menggenggam tangannya tanpa berniat sekalipun melepaskan tangan Jina. Sekalipun begitu, ketakutan dan juga rasa gugup yg menyerang Jina sama sekali tak berkurang. Sekarang, Jina tengah berdiri di depan para tetua dari klan mereka. JR lah yg mengusulkan ini; membawa Jina ke depan para tetua tersebut.
            “Kalau ada yg keberatan, kalian bisa bicara sekarang”. Suara JR terdengar tenang, tapi sangat kuat. Siapapun yg mendengarnya pasti bisa merasakan ancaman dari suaranya yg tenang. “Kalau kalian masih menginginkan kematian Jina, aku tidak bisa berbuat banyak, kecuali kalian ingin menghadapiku dan yg lainnya”. Jina bisa merasakan dengungan hebat di telinganya. Laki-laki di sampingnya ini memang hebat, seorang pemimpin yg teguh dan tak bisa digoyahkan.
            “Yah, kalau kalian para kakek tidak keberatan tubuh kalian disayat-sayat oleh JR dan juga Baekho”, sahut Ren sambil tertawa kecil di belakang Jina.
            “Memangnya kalian bisa apa kalau membuat JR marah?” imbuh Soo Rin singkat. Ujung bibir Jina terangkat saat mendengar perkataan Soo Rin, membayangkan apa yg akan dilakukan oleh JR pada para vampir tersebut.
            “Jadi, semuanya setuju kan?” tegas JR sekali lagi.
            Salah seorang vampir berdiri, dan mulai mengeluarkan suaranya. “Tentu. Kami semua tidak akan mengganggu putri Siwon-ssi. Kami tidak ingin mendapatkan masalah denganmu, Jong Hyun-ssi”. JR menyunggingkan senyum puas. Pertemuan tersebut pun berakhir tanpa ada perdebatan sama sekali. Dari yg Jina bisa lihat, mereka semua takut pada kemarahan JR dan teman-temannya. Jina belum pernah melihat Ren dan yg lainnya marah dan mengamuk. Membayangkannya saja Jina tidak mau.
            “Jadi, dia Jang Jina?” Langkah mereka berempat terhenti saat seorang namja tinggi muncul di hadapan mereka. Dia menatap Jina dengan tatapan menyelidik. Dan itu membuat Jina tak nyaman.
            Ya, kau membuat Jina tak nyaman”, ucap JR seakan mengetahui apa yg ada dalam pikiran Jina.
            Namja itu tetap menatap Jina, kemudian matanya beralih pada JR. “Kau dingin sekali. Tapi aku kemari bukan untuk membuatmu kesal. Aku hanya ingin mengucapkan selamat pada JR. Kalau bukan karena kau, aku tidak akan bisa melihat wajah para kakek tua itu pucat seperti batu”.
            Gomawo. Lalu, bisakah kau minggir? Kami ingin segera pergi dari sini”, ucap JR dingin.
            Namja itu menyeringai lebar, kemudian menghilang di balik lorong-lorong gelap di samping mereka. Jina merasa tegang saat dia menatap mata namja tersebut. Mata lebarnya terasa dingin menusuk, berbeda dengan mata JR.
            “Kau tidak apa-apa, Jina?” tanya JR khawatir. Jina tergagap, kemudian tersenyum kecil. “Ne, gwaenchana”, jawab Jina pelan.
            JR menatap Jina lembut. Mata hitamnya tidak terasa menakutkan bagi Jina. Bahkan mengingatkannya pada malam-malam dimana ibunya selalu mendekapnya dalam kehangatan dan perlindungan. Dan dengan JR, Jina bisa merasakan perlindungan baginya.
            Ne, aku akan selalu di sisimu”, bisik Jina. Dan JR membalasnya dengan seulas senyum yg lembut.
Beberapa bulan kemudian.
            Gadis berambut panjang itu duduk termenung di balkon kamarnya. Sebuah benda berkilat ditimpa sinar bulan purnama. Gadis itu menatap bintang yg bertaburan di atas langit. Bulan purnama yg sempurna ditemani oleh bintang-bintang di langit. Sepasang bintang bersinar paling terang, dan mata gadis itu tertuju pada kedua bintang tersebut.
            Jina tersenyum kecil, kemudian berujar, “Kalian berdua pasti selalu mengawasiku, karena itulah kalian mengirim JR dan teman-temannya padaku. Eomma dan appa, berbahagialah di sana. Aku akan baik-baik saja. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku lagi. Aku–akan menjadi gadis yg kuat, agar aku bisa mendampingi JR”. Setetes airmata meluncur pelan dari pelupuk matanya, menyusuri pipi tembamnya. Jina menggunakan punggung tangannya untuk menghapus jejak airmatanya, kemudian tersenyum kecil.
            “Jina, tolong bantu aku menyeret Ren pulang!” seru sebuah suara lantang dari arah ruang utama. Jina menoleh, kemudian tersenyum. “Ne, sebentar!” Gadis itu berdiri dari tempatnya yg nyaman. Sebelum dia meninggalkan tempat itu, dia kembali menatap kedua bintang itu. Senyumnya terkembang. Kemudian dia bergegas berlari ke ruang utama. Dia benar-benar bahagia, karena dia mendapatkan keluarga baru yg akan selalu bersamanya, selamanya.
Author’s Words
Neomu mianhae, para readers! Part terakhir ini lama banget dari part yg sebelumnya. Author sedang diserbu ribuan tugas kuliah, jadi selalu terlantar. Selain itu, penyakit yg namanya males dan stuck sering dateng juga. Neomu mianhae *bow*
Gamsahamnida sudah mengikuti fanfiction ini. Author bener-bener minta maaf banget.

Tidak ada komentar: