Jumat, 06 Mei 2011

FANFICTION - HONGKI'S TRAGEDY

GOODBYE FOR YOU


Author : Kim Ciel
Genre : Romance, tragedy, slice of life, friendship


Main Cast :
Lee Hongki FT Island
Choi Sunni (OC)

Supported Cast :
Kim Yoori (OC)
Yesung SUJU
Lee Jinki

Length : Oneshot
Rating : PG-17
Disclaimer : Seluruh cerita fanfiction ini adalah milik author.

********************
Dia telah meninggalkanku. Lalu, apa yg kuharapkan lagi dari dunia ini?? Apa aku harus tetap hidup? Hidupku hanyalah untuknya. Tapi sekarang, dia telah menghilang dari hidupku. Bahkan teman-temanku yg selalu bersamaku pun tak bisa menghiburku. Kehilangan dirinya adalah pukulan terbesar bagiku. Ingin rasanya kuakhiri hidupku disini.
“Tunggu, oppa! Jangan loncat!” Seru Yoori dari belakang. Tapi aku sudah tak peduli lagi. Kuputuskan untuk mengakhiri hidupku. Saat aku terjun, muncul gambar-gambar di kepalaku. Itu adalah memoriku bersama dengannya.

********************
Setahun yg lalu………….
Aku memiliki mimpi menjadi seorang penyanyi. Aku terus berusaha untuk mewujudkannya sampai sekarang. Karena suaraku, banyak kafe dan klub terkenal di Seoul ingin aku menyanyi di tempat mereka. Tapi sebagian besar kutolak. Aku tak mau terlalu repot karena aku masih harus menyelesaikan kuliahku.
“Kau itu aneh!” Sindir Yesung suatu hari saat kami tengah berada di kantin.
“Wae?” Tanyaku tek mengerti.
“Oppa, masa gitu aja nggak ngerti sih?” Kata Yoori kesal.
”Emang nggak ngerti kok!” Jawabku.
”Ya ya. Kau bilang pengen jadi penyanyi. Tapi napa banyak yg tawaran yg kau tolak?” Tanya Yesung.
”Masa gitu aja butuh dikasih tahu sih? Kau sendiri udah tahu jawabannya kan?” Jawabku ketus.
”Arasso. Tapi aku tetap nggak ngerti jalan pikiranmu”, imbuh Yesung.
Aku hanya diam. Kuperhatikan ekspresi wajah Yesung yg tak puas dengan jawabanku. Yesung memang sahabatku. Kami berteman sejak kami masih SMP. Dia yg paling tahu mimpiku. Dan yeoja di sampingnya adalah Kim Yoori. Dia junior kami di SMA dan sekarang dia junior kami di kampus. Aku juga sudah lama tahu kalau Yesung dan Yoori berpacaran. Aku bukan iri, tapi sangat senang. Sahabatku bisa pacaran dengan junior yg sejak dulu kuanggap seperti adikku sendiri. Yah, walaupun mereka berdua tak terlihat seperti orang pacaran.
”Oppa, tadi Hongki oppa ada yg nembak lagi lhoh!” Kata Yoori.
Sontak minuman yg tengah berada di dalam mulutku keluar. Tak kusangka hal seperti ini pun dikatakannya pada Yesung. Entah sudah berapa banyak rahasiaku yg dibongkarnya.
”Jinjja? Ah, palingan itu yeoja ditolak lagi. Hongki kan masih nggak tertarik sama mereka”, jawab Yesung enteng.
”Biarin! Mereka semua cerewet sih!” Kataku kesal.
”Tapi yeoja yg nembak kali ini kyeopta banget. Kalo menurutku sih dia tipenya Hongki oppa”, imbuh Yoori.
”Wah, sayang ya nggak bisa lihat!” Sindir Yesung.
Bagiku, hal seperti ini sudah biasa. Mereka berdua seperti dua setan yg selalu menggangguku. Entah apa yg ada di pikiran mereka. Melihatku kebingungan dan kesal adalah hiburan mereka berdua.
“Kalian berdua sama aja!” Sindirku.
”Wah, gomawo!” Jawab mereka berdua bersamaan.

********************************
Pulang dari kampus, aku langsung menuju ke sebuah toko kaset. Aku langsung menuju salah satu rak. Kuperiksa satu per satu CD disana. Aku tengah mencari album baru band kesukaanku. Tapi kelihatannya masih belum ada.
”Jinki, masih belum ada ya?” Tanyaku pada penjaga disana.
”Kau sih! Yah, mungkin besok minimal adanya”, jawab Jinki. ”Makanya jangan kecepetan nyarinya. Kan besok baru ada”.
”Iya sih! Tapi kukira barangnya udah ada hari ini”, kataku kecewa.
”Silyehamnida, Jinki oppa!” Seru sebuah suara kecil dari belakang kami.
Kami berdua menoleh. Kulihat seorang yeoja berambut pendek memakai seragam toko ini. Aku belum pernah melihatnya. Kuamati terus dia. Lumayan juga. Mungkin dia pekerja paruh waktu yg pernah diceritakan oleh Jinki.
”Nugu?” Tanyaku pada Jinki.
”Owh, ini Choi Sunni. Ingat pekerja paruh waktu yg kuceritakan kan? Ini dia”, jawab Jinki. ”Sunni, dia pelanggan kita. Namanya Hongki, tapi dia juga pekerja disini”.
Kusenggol dia. Apa maksdunya pekerja? Dasar payah!
”Annyeong, senang bertemu dengan oppa!” Sapa Sunni ramah.
”Ne. Tapi jangan pake bahasa formal. Rasanya nggak nyaman”, keluhku. Kulihat dia hanya menyunggingkan senyumnya.
Sunni pun pergi menuju ke bagian kasir. Kuamati dia dari jauh. Kelihatannya Jinki melihat gelagatku.
”Kalo suka, deketin aja. Sunni lagi nggak punya pacar tuh!” Kata Jinki.
”Aigo? Jangan ngomong sembarangan”, kataku. Lalu kutujukan kembali pandanganku pada Sunni.
”Ehm, jadi disini  juga sekalian cuci mata ya?” Seru sebuah suara dari belakangku. Kulihat Jinki melirik seseorang sambil menahan tawanya. Aku segera menoleh. Kulihat Yesung dan Yoori sudah berada di belakangku. Yoori kelihatan menahan tawanya.
“Jadi, oppa naksir yeoja itu?” Ucap Yoori terkekeh.
”Jangan ngomong sembarangan ah!” Elakku. Suka apanya? Dasar seenaknya sendiri.
”Samperin dia ah!” Kata Yesung.
Yesung pun pergi menghampri yeoja itu. Tapi tidak dengan Yoori. Kulihat dia tengah melihat-lihat CD terbaru. Kuputuskan menggodanya sedikit.
”Yoori, kayaknya Yesung mau selingkuh tuh! Dia lagi ngobrol sama yeoja itu”, kataku sambil menunjuk Yesung yg tengah berbicara dengan Sunni.
”Eh, mworagoo? Nggak ah! Aku tahu benar kalo Sunni-ah itu bukan tipenya Yesung oppa. Hongki oppa jangan sembarangan ya?” Kata Yoori tak peduli.
”Gagal ya bikin Yoori marah?” Sindir Jinki.
Aku hanya terdiam. Entah kenapa aku tak pernah bisa membuat mereka bertiga marah. Malahan justru mereka bertiga yg bisa dengan mudah membuatku naik darah atau marah.
Lalu kulihat Yesung meninggalkan Sunni dan pergi ke belakang. Aku pun segera menghampiri yeoja itu. Jujur saja kalau yg dikatakan oleh Yoori itu benar. Kuakui kalau Lee Sunni adalah tipeku. Tapi aku terlalu sombong untuk mengakuinya pada mereka. Itu malah akan membuat mereka semakin senang menggangguku.
”Silye”, sapaku pada Sunni yg tengah sibuk merapikan CD yg kelihatannya baru saja diacak-acak oleh Yesung.
”Ah, ne....”, jawab Sunni ramah.
Kami saling diam. Dia terus saja bekerja. Dan aku terlalu kikuk untuk mulai berbicara. Kupandangi tumpukan CD di hadapanku tanpa bersuara sedikitpun.
”Oppa udah lama kenal sama Jinki oppa ya?” Tanya Sunni tiba-tiba.
”Eh, ne. Emang napa tanya soal itu?” Tanyaku berbasa-basi.
”Soalnya Jinki oppa kelihatan lebih akrab sama oppa daripada pelanggan lainnya”, tegas Sunni masih bekerja.
”Kamu boleh bilang gitu. Kami kenal sejak SMP, begitu juga dengan orang gila yg baru saja pergi tadi”, jawabku.
”Maksud oppa Yesung oppa? Kalian teman sejak SMP? Pantas aja kalian akrab banget!” Katanya sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.
Senyum itu. Terlalu manis. Para namja yg melihatnya tersenyum seperti itu pasti akan langsung jatuh cinta padanya.
”Lalu, gimana dengan yeoja itu?” Tanya Sunni sambil menunjuk ke arah Yoori
”Owh, yeoja gila disana? Dia junior kami di SMU dan sekarang dia juga satu kampus denganku dan Yesung”, jawabku santai. Kulihat Yoori tengah terkekeh sendiri. Kelihatannya dia tengah mentertawakanku. Pabboya yeoja! Liat aja akan kubalas nanti dia.
”Eh, cuma junior? Bukan yeojachingunya Hongki oppa?” Tanya Sunni dengan nada terkejut. Kulihat tangannya berhenti bekerja dan perhatiananya terpusat padaku. Aku langsung tahu kalau dia tengah menunggu jawaban dariku.
”Hah? Aigo! Dari mana kamu dapet pikiran kayak gitu? Tentu aja bukan! Dia cuma junior yg udah kuanggap adikku sendiri. Dan lagi yeoja gila itu yeojachingunya si sinting Yesung”, jawabku sedikit kesal. Gimana bisa dia menyimpulkan kalau Yoori itu kekasihku?? Sembarangan! Aku masih punya pikiran. Bukan orang sinting seperti Yesung yg mau pacaran dengan yeoja gila seperti dia.
”Mianhae. Soalnya kulihat oppa akrab banget dengannya. Jadi lega deh.......”
Aku terkejut dengan kata-katanya barusan. Kelihatannya dia juga terkajut. Seketikan aku menoleh padanya. Kulihat dia tengah menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Wajahnya juga bersemu merah. Dia kelihatan manis sekali.
”Mworagoo?” Tanyaku pada Sunni. Dia terlihat panik. Lalu dia pun mengalihkan matanya dariku.
”Mianhae, oppa! Aku nggak bermaksud kok!” Jawab Sunni.
Aku pun terdiam. Kulihat dia lebih canggunga dari yg tadi. Melihatnya yg tak mau menjawabku, aku pun semakin kesal. Kepalaku kosong dan kau tak bisa mengontrol tindakanku sendiri.Aku pun menarik tangannya. Lalu dengan cepat, aku pun mengecup bibirnya. Awalnya dia memberontak. Tapi kemudian dia semakin tenang.
Entah berapa lama kami berciuman. Yang jelas setelah kulepaskn tangannya, atmosfer di sekitar kami semakin canggung dan kikuk. Dia hanya menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Dan kulihat airmatanya pun mulai keluar. Aku mulai mengerti. Sebaikya dia segera tahu apa perasaanku padanya. Aku pun menariknya ke dalam pelukanku.
”Mianhae. Tapi itu tadi kulakukan dengan sadar. Saranghae, Choi Sunni”, bisikku padanya.
Bisa kurasakan tubuhnya menegang di pelukanku. Lalu tak berapa lama kemudian, aku merasakan sesuatu yg hangat jatuh dari matanya. Kuhapus airmatanya.
”Oppa, tahukah oppa kenapa aku bekerja di toko ini? Itu karena aku juga menyukai oppa sejak dulu. Jeongmal saranghaeyo, oppa”, bisik Sunni di antara airmatanya.
Aku sangta senang mendengar jawab Sunni. Dengan segera kutarik dia semakin dalam. Aku pun mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dan bisa kurasakan bibirnya yg hangat menyentuh bibirku. Kami pun berciuman. Setelah itu, kulepaskan pelukanku. Kutatap dia dengan tatapan lembut. Dia membalas tatapanku dengan kelembutannya. Tanpa kami sadari, ketiga iblis yg memang sedari tadi masih berada di toko ini, menatap kami berdua. Kami pun merasa kikuk, tak tahu harus bagaimana.
”Eh, ah ini”, kata kami bersamaan.
Jinki hanya menggelengkan kepalanya. Yoori tertawa lebar. Sedangkan Yesung tengah memegang sebuah kamera. Tunggu! Kamera??
”Yesung? Kau? Merekamnya?” Tanyaku terkejut. Sunni juga terkejut saat melihat apa yg ada di tangan yesung.
”Direkam apa nggak ya?” Katanya menggodaku. ”Jagiya, tadi kurekam nggak ya?”
”Molla. Emang ada baterainya?” Kata Yoori.
”Kalian berdua!! Awas aja ya!!” Kataku marah. Sontak mereka berdua hanya tertawa melihat reaksiku.
”Tenang aja. Baterainya nggak ada kok!” Jawab Jinki. ”Sunni, kayaknya Hongki udah bener-bener suka padamu. Chukkae”.
”Gomawo, oppa!” Kata Sunni dengan wajah berbinar.
*****************************
Sudah setengah tahun hubunganku dengan Sunni berjalan. Kami lebih banyak kencan di toko milik Jinki daripada di luar. Selain karena kesibukanku, itu juga karena Sunni tak mendapatkan libur sama sekali dari Jinki.
Selama itu pula aku juga tahu darimana Sunni mengenalku. Ternyata dia pernah datang ke kafe dimana aku pernah menyanyi disana. Dia juga bilang kalau dia jatuh cinta padaku dan suaraku. Katanya suaraku cocok menyanyikan lagu sedih.
Hari ini kami akan berkencan di luar. Aku tak punya jadwal show. Dan dia juga mendapatkan libur dari Jinki. Sebenarnya masalah libur itu adalah permintaanku. Aku memaksa Jinki memberi Sunni libur agar dia bisa berkencan denganku. Aku juga yg memaksa Yesung dan Yoori yg menggantikan Sunni. Yah, walaupun aku tahu kalau pada hari sabtu begini Yesung akan sibuk dengan shownya dan Yoori yg sibuk dengan kameranya. Tapi kelihatannya mereka semua mau membantuku.
Kami berjanji akan bertemu di taman kota. Aku setengah berlari menuju taman kota, berharap tak terlambat. Syukurlah tidak. Kulihat Sunni duduk dengan manis di bangku taman. Kulambaikan tanganku padanya. Dia membalasnya. Lalu kuhampiri dia. Dia pun berdiri dan meraih tanganku. Kami berdua berjalan bergandengan tangan.
“Kamu kelihatan kyeopta”, bisikku padanya.
“Jinjja? Yoori-ah membantuku memilih baju ini. Dia bilang baju ini cocok untukku”, jawab Sunni dengan wajah bersemu.
“Ada gunanya juga dia”, candaku.
“Oppa nggak boleh bilang gitu kan? Tapi gomawo udah memujiku”, kata Sunni sambil tersenyum.
Aku senang sekali. Semoga saja besok aku tak lupa mentraktir Yoori sesuatu. Dia telah membantuku dan Sunni. Tentu saja Yesung tak masuk hitungan. Kalau dia tahu, dia pasti akan marah. Biarkan ajalah!
Kafe tempat kami berkencan memang menyenangkan. Sebenarnya kafe itu adalah miliki sahabatku. Aku lah yg menyanyi pada saat pembukaan kafe tersebut. Saat kubilang aku ingin berkencan disana, dia langsung menyiapkan meja untukku lengkap dengan segala seuatunya. Dan itu termasuk lumayan karena dia bilang aku tak perlu bayar. Dia bilang kapan lagi aku akan membawa yeojachinguku berkencan di tempatnya. Dia memang sejenis dengan Yesung.
Selesai dari kafe, kami berjalan di trotoar. Waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Aku berniat mengantarnya pulang. Dan dia setuju. Kami berjalan bersama. Sampai akhirnya dia berhenti tiba-tiba.
”Oppa, kayaknya aku lihat temanku disana”, katanya sambil menunjuk seberang jalan.
”Jinjja? Tapi sekarang sedang ramai, jagiya! Besok aja ngomongnya sama dia”, kataku cemas melihat lalu lintas yg tengah ramai.
”Bentar aja, oppa! Oppa tunggu aja disini”, katanya smabil berlari meninggalkanku.
”Tunggu, jagiya!” Kataku cemas.
Dia telah melepaskan tanganku. Dia langsung berlari sambil memanggil temannya. Kulihat dia sampai dengan selamat di seberang. Lalu dia pun menoleh ke arahku. Begitu juga dengan temannya. Yeoja yg bersamanya tersenyum padaku. Aku pun membalsnya. Lalu dia pun kembali berlari ke rahku.
”Tunggu, jagiya! Biar aku yg kesana.......” belum sempat aku menyeberang, terdengar suara keras dan juga teriakan.
Kulihat sebuah meobil menabrak seseorang. Kuamati kecelakaan yug baru saja terjadi di hadapanku. Aku melihat sebuah rok disana. Dan aku tahu milik siapa itu. Aku berjalan lemas, berharap kalau itu bukan Sunni. Kupercepat langkahku. Tapi kenyataan memang lebih pahit dari apapun juga. Kulihat Sunni terbaring berlumuran darah. Wajah putihnya menjadi merah karena darahnya.
”Sunni? Jagiya?” Gumamku.
Aku langsung terduduk. Kuangkat kepalanya. Darah terus mengalir dari tubuhnya. Kutepuk-tepuk pipinya. Tapi dia tak membuka matanya. Kurasakan hangat nafasnya di tanganku. Dia masih hidup. Paling tidak. Tak lama kemudian, ambulans pun datang. Sunni segera dilarikan ke rumah sakit. Dan aku. Aku meminta petugas itu membawaku juga. Aku tak mau meninggalkannya.
*****************************
Aku duduk dengan wajah lesu di kursi. Di sampingku, terbaring yeoja yg paling kucintai. Selama beberapa minggu ini aku terus menemaninya. Aku tak pernah meninggalkannya.
Tak berapa lama kemudian, pintu kamar itu terbuka. Aku tak menoleh sama sekali. Terlalu malas aku melihat siapa yg datang.
”Hongki, kau harus istirahat”, kata Yesung.
”Ani. Aku mau saat Sunni sadar, yg pertama dilihatnya adalah aku”, jawabku pelan.
”Tapi, oppa harus istirahat bentar. Tidur di sofa itu juga nggak apa-apa kok!” Imbuh Yoori.
Aku tak bergeming sama sekali. Semenjak kecelakaan itu, Sunni koma dan hanya terbaring di tempat tidur. Sedangkan aku. Aku telah melupakan kehidupanku di luar sana. Bisa kurasakan mereka berdua masih berdiri di belakangku.
Jinki bilang Sunni sudah tak memiliki keluarga. Pada awalnya aku memang heran karena aku sama sekali tak tahu kalau Sunni tinggal sendirian. Tapi walaupun begitu, aku akan tetap menemaninya.
********************************
Lima bulan telah berlalu dan tak ada tanda-tanda kalau Sunni akan sadar. Aku akhirnya kembali ke kehidupanku. Berangkat ke kampus dan menyanyi. Lalu setelah itu, aku akan menemani Sunni di rumah sakit. Kemudian aku akan kembali ke aktivitasku di keesokan harinya. Untung saja aku memiliki teman-teman yg baik. Mereka membantuku menjaga Sunni. Selain itu entah kenapa ada seseorang yg membayarkan semua biaya rumah sakit Sunni.
Seperti biasa aku baru saja kembali dari kampus. Aku membawa sebuah CD yg kurekam semalam. Tak lupa kubawa player agar Sunni bisa mendengarkannya. Itu adalah CD dari lagu-lagu yg telah kuciptakan. Yesung dan Jinki membantuku merekamnya.
”Sunni, ini lagu untukmu”, bisikku.
Kugenggam tangannya. Masih dingin dan tak ada reaksi. Lalu kuputar CD itu. Kusenderkan kepalaku di pinggir tempat tidur.
”Jagiya, bangunlah!” Ucapku sekali lagi.
Lagu yg kuputar telah sampai pada lagu keenam. Tiba-tiba saja, aku merasakan gerakan tangan Sunni. Aku terkejut. Tak berapa lama kemudian, pelan-pelan kulihat Sunni membuka matanya. Lalu dia menoleh padaku dan tersenyum.
”Opp.... oppa”, ucapnya lirih.
Aku sangat senang. Segera kupanggil dokter dan juga teman-temanku. Mereka harus tahu kalau Sunni telah sadar. Yesung dan Yoori datang ke rumah sakit. Tapi Jinki tak bisa. Ada urusan yg sedang dia lakukan di luar kota. Walaupun sedikit kecewa, tapi aku tetap senang. Sunni telah kembali.
Dokter bilang keadaannya akan membaik dalam beberapa minggu ini. Sekalipun Sunni merengek kembali ke rumahnya, tapi aku harus membiarkannya terbaring sebentar lagi di rumah sakit.
”Jagiya, ini agar Dokter yakin kalau kamu udah nggak apa-apa” kataku pada Sunni.
”Tapi aku udah nggak tahan, oppa!” Jawab Sunni pelan.
”Tenang aja, aku temani deh!” Celetuk Yoori.
”Tapi......”
”Disini dulu aja. Kalo nggak, Hongki bakal cemas terus”, imbuh Yesung.
Sunni terdiam. Kelihatannya dia memang sama sekali tak bisa menentang Yoori dan Yesung. Tapi aku bisa melihat semburat kekecewaan di wajahnya. Aku pun membelai rambutnya dengan lembut.
”Dua hari lagi kamu boleh keluar. Nanti kubawa kamu jalan-jalan”, hiburku.
”Jinjja? Janji ya oppa?” Kata Sunni ceria. Aku hanya tersenyum.
************************
Suatu hari di minggu kedua Sunni tersadar dari komanya, rumah sakit meneleponku. Saat itu aku tengah berada di toko Jinki. Mereka memintaku segera ke rumah sakit. Katanya keadaan Sunni memburuk. Aku pergi bersama Yesung dan Yoori. Kebetulan Yesung membawa mobilnya. Aku terus memintanya mengebut. Dia menurutiku. Tapi sekali-kali dia menggerutu karena aku tak sabar.
Begitu sampai di rumah sakit, aku langsung berlari menuju kamar Sunni dirawat. Aku tergesa-gesa sehingga tak sengaja menbarak seorang suster. Yesung dan Yoori mengikutiku dari belakang. Kepalaku kosong. Yang bisa kupikirkan hanya lah Sunni.
Sesampainya di depan kamar Sunni, pintu itu terbuka. Aku pun segera masuk. Kulihat dokter tengah berusaha memompa jantung Sunni. Tapi kelihatannya usaha mereka sia-sia saja. Aku pun mendekat. Kulihat yeoja yg paling kucintai terbaring sekarat. Aku pun duduk di samping tempat tidur.
#BS : FT Isand – Tears Are Falling
”Jagiya, jangan tinggalkan aku. Aku kan sudah janji akan membawamu jalan-jalan”, bisikku.
”Hong....hongki oppa?? Jeong....jeongmal saranghae. Na... nae cheosarang, oppa (kamu dalah cinta pertamaku)”, ucapnya lirih.
Tak terasa airmataku mengalir. Aku menangis. Semakin kulihat dia, airmataku tak terbendung lagi.
”Jagiya, naega dangsineul neomu saranghae (aku benar-benar mencintaimu)”, kataku. Kukecup kepalanya dengan lembut.
Tiba-tiba saja, alat pendeteksi berbunyi panjang. Kulihat garis lurus disana. Sekarang airmataku sudah tak terbendung lagi. Kuguncangkan tubuh Sunni yg telah kaku. Kupanggil namanya.
”Sunni, bangunlah! Jeongmal saranghae, jagiya!” Ucapku di antara isak tangisku.
Kurasakan tangan Yesung memegang lenganku. Kutatap dia. Kulihat dia juga sangat sedih.
”Hongki, kau harus merelakannya”, ucapnya lirih. Tapi aku hanya diam.
”Yesung oppa benar. Kalo oppa nggak merelakannya, Sunni pasti juga sedih”, imbuh Yoori.
Aku tetap diam. Kualihkan kembali mataku pada Sunni. Dia terlihat sangat damai dan tenang. Lalu akhirnya aku pun kembali ke pikiranku. Kudekatkan wajahku padanya. Kukecup dahinya sekali lagi dengan lembut.
”Jaeongmal saranghae jagiya. Yeowonhi”, ucapku sekali lagi.
**************************
Hari Pemakaman.........
#BS : FT Island – Only One Person
Hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan Sunni. Aku sudah lebih baik lagi. Hanya ada kami bermepat dan beberapa teman Sunni yg berhasil dihubungi oleh Jinki. Aku sudah tak menangis lagi. Airmataku telah kering semenjak kemarin.
Satu persatu mereka pergi. Tinggal kami berempat disana. Mereka bertiga menungguku. Aku pun meletakkan sebuah mawar putih di makam Sunni. Lalu aku pulang bersama mereka.
Selama beberapa hari setelah kematian Sunni, aku kembali ke kehidupanku sebelum bertemu dengan Sunni. Kuliah, menyanyi, dan bekerja. Tapi entah kenapa, hatiku serasa kosong. Tak ada Sunni yg memenuhi hatiku seperti kemarin. Sekalipun tak kutunjukkan pada teman-temanku, tapi kurasa mereka mengkhawatirkanku. Setiap kali aku menyanyi, Yesung akan menemaniku sampai aku selesai. Bahkan di akhir minggu sekalipun. Walaupun aku bilang tak perlu, tapi dia akan mencari berbagai macam alasan untuk itu.
Untuk membuatku tak sedih lagi, Yoori mengajak kami ke villa keluarganya. Tentu saja aku, Yesung, dan Jinki. Villa itu terletak di tepi pantai. Tepat di belakang villa itu adalah sebuah jurang. Kami pernah kesana saat SMU. Bersama dengan teman-teman kelas kami. Tapi sekarang, lain keadaannya.
Aku sekamar dengan Yesung. Entah kenapa mereka memikirkan hal bodoh seperti aku akan loncat dari tebing atau menenggelamkan diriku ke laut. Bodoh menurutku. Tapi aku tak menolaknya. Aku tahu mereka bertiga mencemaskanku.
Har ketiga kami di villa, aku mulai ingat tentang Sunni. Saat itu aku tengah berjalan-jalan di dekat tebing. Mereka bertiga tak tahu apa yg tengah kurencanakan. Aku pun berjalan semakin dekat ke tebing.
””Jagiya, nan neo eobsi mossala”, ucapku lirih.
Aku pun sampai di pinggir tebing. Aku berniat loncat dari sana. Sayup-sayup aku mendengar teriakan Yoori. Aku menoleh. Kulihat dia tengah berlari panik ke arahku. Di belakangnya ada Yesung dan Jinki.
“Tunggu oppa! Jangan loncat!” Teriak Yoori.
Terlambat. Aku telah loncat. Dalam pikiranku, aku terus membayangkan Sunni. Sampai akhirnya dalam hitungan detik, air laut yg dingin menyentuh tubuhku. Tubuhku terombang-ambing oleh ombak laut yg ganas. Dan tak lama kemudian, aku menyerah dan akhirnya tubuhku jatuh ke dasar laut. Aku sudah tak sadar lagi. Dalam keadaan itu, kulihat Sunni mengulurkan tangannya.Dan aku pun menyambut uluran tangan itu. Saat itu aku tahu, Sunni membawaku ke dunianya sekarang. Aku bahagia karena dia telah membawaku bersamanya.

***** THE END *****


##### EPILOGUE #####
Tim penyelamat berhasil menemukan tubuh Hongki. Tubuhnya telah memucat. Yoori hanya bisa menangis. Yesung dan Jinki hanya terdiam. Mereka telah kehilangan sahabat mereka.
”Oppa, apa sekarang Hongki oppa telah bertemu dengan Sunni?” Tanya Yoori di antara isak tangisnya.
“Pastinya”, jawab yesung singkat. Dia tak menyangka kalau Hongki akan melakukan hal seperti ini. “Pabboya namja, Hongki! Semoga kau sekarang senang bersama Sunni di atas sana”.
Mereka pun membawa mayat Hongki kembali. Mereka bertiga juga yg mengurus pemakaman Hongki.
Setelah kematian Hongki, Yesung mengurus penerbitan lagu-lagu Hongki. Dia ingin agar lagu-lagu Hongki dapat didengar oleh semua orang.
”Temanku yg bodoh, hanya ini yg bisa kulakukan untukmu. Tenanglah disana”.


2 komentar:

Anonim mengatakan...

sebelumnya, thanks ya udah buatin aku FF.... keseluruhan, oke. tapi rambut gue panjang yuy. jangan2 pas gue majang foto asli di FB itu lo ngira gue yg rambut pendek ya? hm hm.... dan jangan sampe gue celebek ma hongki. wakakakakakak. dong woon yg terakhir dah~

Rere mengatakan...

weh, bnrn ya? g tau XXD
emg niat mw bikin kau clbk ma hongki XD